Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Urgensi Inspirator Menulis

Usman Roin (ilus.krisna)

usmanroin.com-Agar orang lain ikut menulis, kita sendiri kudu produktif menulis. Begitulah kira-kira kesimpulan ringan yang bisa saya sampaikan panjenengan, hasil membaca bukunya Prof. Nur Syam.

Pada tulisan yang kemarin, belum jelas kapan tepatnya Prof. Nur Syam produktif menulis. Ternyata setelah membaca buku beliau berjudul “Friendly Leadership: Kepemimpinan sebagai Ruh Manajemen” (2018:134), beliau menceritakan awal mula menulis di blog yang telah disediakan oleh UINSA.

Sampai (4/9/24) ini, amatan saya telah bertambah tulisan beliau dari yang sebelumnya 2.229 (1/9/24) kini sudah 2.300. Ini artinya, untuk menginspirasi orang lain dalam hal menulis atau meminta orang lain untuk senang dan semangat menulis, beliau tidak lupa memberi contoh.

Branding

Saking produktifnya beliau menulis di blog yang telah disediakan oleh kampus, hal itu justru menjadikan beliau dan kampus –dalam hal ini UINSA– di kenal luas. 

Sebagai bukti bila panjenengan mau nyengunguk blog beliau nursyam.uinsby.ac.id atau membaca buku beliau sebagaimana yang saya tulis di atas, pembaca tulisan beliau tidak hanya datang dari Indonesia saja. Terdapat 144 negara yang rinciannya bisa panjenengan klik sendiri di flagcounter.

Bagi UINSA produktifitas beliau memberi sumbangsih luar biasa untuk diri dan kampus. Atas raihan prestasi yang luar biasa tersebut, Prof. Nur Syam yang rencana mau syukuran internal di Jakarta atas capaian produktifitas menulis blog dengan staf dan jajaran pimpinan Sekjen Kemenag, pihak UINSA malah meminta syukurannya dialihkan di kampus.

Alhasil, acara di kampus pun tidak luput dari memberi motivasi kepada stakeholder yang ada untuk melakukan gerakan menulis. Secara simpel monggo baca buku beliau (hal.136), bila apapun coretan yang dibuat, beliau meminta untuk dipublish melalui media sosial. 

Baliau –Prof. Nur Syam– yakin, bilamana tulisan sudah publish di media sosial, pasti akan ada orang yang dalam bahas beliau “melirik” hingga membacanya secara tuntas.

Secara dalam beliau memberi gambaran jauh ke depan dan ikut membuktikan, bila dengan menulis kehadiran beliau ada. Beliau dikenal banyak orang “branding diri” melalui karya tulisan yang beliau sajikan.

Secara khusus beliau ikut menegaskan, bila badan atau fisik akanlah berhenti di suatu ketika. Akan tetapi dengan tulisan kita, itu akan terus ada di dalam kehidupan di dunia ini. 

Pada aspek nilai keuntungan untuk kampus, Prof. Nur Syam juga menunjukkan contoh konkrit yang bisa panjenengan baca (hal.142), kala staf Khusus Menteri Agama membawa rombongan rektor PTKIN ke Finlandia dalam rangka kerjasama dan membangun jejaring dengan PT di sana, para rektor yang ada berkampanye kehebatan PTnya.

Akan tetapi ketika para rektor tersebut ditanya perihal apa yang telah dilakukan oleh rektor dan para dosennya di tengah teknologi informasi, beliau-beliau semua menjadi bungkam alias tidak bisa menjawab. 

Akan tetapi, stafsus akhirnya terselamatkan dengan blognya pak Sekjen semberi memberi jawaban respon atas pertanyaan, bila contoh keterlibatan para dosen di PTKIN pada era teknologi informasi adalah terdapat profesor –Nur Syam– yang produktif menulis di blog.

Pimpinan di Finlandia pun tidak lupa mengejar pertanyaan, apakah Prof. Nur Syam adalan profesor di PTKIN. Stafsus pun menyampaikan beliau –Prof. Nur Syam– adalah profesor sosiologi di UINSA dan beberapa UIN lainnya. Pasca memberikan jawaban tersebut, stafsus pun merasa lega berkat blognya pak Sekjen, dan menjadi selamatlah wajah PTKIN. 

Apa yang bisa diambil sebagai kesimpulan, artinya menulis –baik di blog maupun website– bisa ikut memperkenalkan keberadaan kampus kepada dunia. 

Bahkan melalui cerita nyata yang panjenengan bisa baca, bila menulis melalui blog menjadi contoh konkrit kontribusi kita –sebagai akademisi– terhadap keberadaan teknologi informasi.

Artinya, keberadaan kita ikut ambil bagian memanfaatkan keberadaan teknologi informasi dengan berbekal kemanfaatan terhadap keilmuan yang kita miliki kepada publik. 

Jika demikian adanya, bilamana kita –dalam hal ini dosen sebagai contoh– meminta mahasiswa untuk semangat, hingga produktif menulis, akan lebih pas bilamana kita juga memberi contoh dahulu untuk semangat dan produktif menulis. 

Bahkan menurut Fuad bin Abdul Aziz Asy-Syalhub (2005:9) salah satu karakter yang kudu dimiliki oleh pendidik adalah komitmen dalam ucapan. Alhasil, bilamana ada pendidik yang konfrontatif antara perkataan-tindakan, tentu mahasiswa yang melihat akan menjadi bingung. 

Selain membingungkan, juga akan melahirkan tanda tanya, apa yang perlu dipilih, apa yang perlu diperbuat, apakah ucapan dosen sudah benar adanya –memberi teladan menulis– atau justru berkebalikan dengan tindakannya? 

Semoga dengan kehadiran kita –yang semangat hingga produktif menulis– menjadikan orang lain tidak terkecuali mahasiswa terinspirasi ikut menulis. Amin.


* Usman Roin, Dosen Prodi PAI Fakultas Tarbiyah Unugiri.

: UR
: UR Pria desa yang coba senang membaca, menulis, dan blogging sebagai kontemplasi diri.

Posting Komentar untuk "Urgensi Inspirator Menulis"