Mengurai Tantangan Internal-Eksternal Membaca
Usman Roin (ilus.krisna) |
usmanroin.com-Bicara membaca, KBBI (2014:109) mengartikan sebagai aktivitas melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis, baik yang tercetak menjadi buku, maupun yang tersimpan by file secara online.
Hanya saja, geliat aktivitas membaca yang ada masih menjadi pekerjaan rumah (PR) bersama. Tepatnya, membaca memiliki tantangan internal dan eksternal.
Tantangan internal spill contoh kecil, saya maupun panjenengan harus berjuang untuk mengendalikan godaan update medsos yang menggiurkan untuk dilihat dan terus keranjingan ingin melihat. Makin lama dilihat, tidak terasa waktu full untuk mendelengi gadget.
Jika kita masuk dalam kategori ini, berarti ini tantangan internal kita yang terberat. Yakni, kita tidak sebentar-sebentar pegang gadget. Tetapi menjauhkan sementara gadget sebagai pegangan kita, dan beralih mendekatkan buku untuk kita dipegang dan baca. Itulah hakikat yang harus dilakukan.
Selain tantangan internal, tantangan eksternal juga tidak kalah berat. Lingkungan masif yang tidak terlihat aktivitas membaca, itu akan membuat kita ikut-ikutan –tidak hingga malas– membaca.
Panjenengan bisa lihat, berapa gelintir anak di sekolah –dari total kuantitas– yang demen membaca.
Pada ranah PT apalagi, dari total ratusan-ribuan mahasiswa yang kuliah berapa pula yang gemar membaca. Belum pula para pekerja negeri-swasta, membaca juga belum membudaya.
Yang lebih ekstrim, ketika kita membaca namun di sekeliling tidak ada yang membaca, kita seperti orang asing di tengah keramaian.
Apalagi lagi bagi kita yang sudah purna belajar –lulus SD/MI hingga PT– membaca menjadi suatu yang tidak lagi dilakukan. Ditinggalkan dari arena gelanggang. Seperti ada anggapan, bila membaca hanya ada kala menjadi siswa atau pun mahasiswa.
Alhasil mantan bukunya –yang dahulu menjadi bestie kala pelajar atau mahasiswa– tertumpuk dan mendapat perlakuan khusus diambil alih oleh debu.
Ikut Merubah
Dua spill tantangan membaca internal dan eksternal yang saya sampaikan tersebut, hakikatnya membutuhkan uluran tangan kita.
Kita yang sudah mengerti manfaat membaca kiranya harus melakukan perubahan. Bilamana dari diri ini belum ada rasa suka, hingga mempunyai jadwal istikamah membaca, sudah saatnya proses perubahan diri ini dilakukan.
Untuk melakukan perubahan diri –dari malas menjadi suka, hingga rajin membaca– tentu butuh pengorbanan. Mula-mula berat dan bosan membaca akan dirasakan.
Tetapi percayalah, dari membaca yang asalnya tidak tahu menjadi tahu. Pengetahuan hasil baca itu tidak kembali kepada orang lain. Melainkan, untuk diri kita sendiri. Alhasil, perubahan diri –dari malas menjadi rajin– mau tidak mau membaca harus terus dilakukan.
Tantangan lain, kemajuan dalam segala bidang sudah di depan mata. Bila kita minim pengetahuan, kita akan menjadi korban kemajuan pemikiran orang lain.
Bisa dengan mereka lebih pintar dan kaya pengalaman, kemudian dipercaya banyak orang, tetapi salah membuat kebijakan yang akhirnya merugikan.
Karenanya membaca sekali lagi, adalah bekal diri untuk melakukan upaya pencerdasan diri ikut berkontribusi dan mewarnai tantangan lajunya zaman.
Hal ini sebagaimana penegasan Hamzah B. Uno (2018:54), bila manusia tanpa belajar –berupa membaca– akan mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang tidak lain juga merupakan produk kegiatan berpikir manusia-manusia pendahulunya.
Karenanya, tuntutan untuk bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan yang selalu berubah adalah tuntutan kebutuhan manusia sejak lahir hingga hayat. Jika demikian, membaca merupakan tuntutan hidup sepanjang hayat manusia.
* Usman Roin, penulis adalah Dosen Prodi PAI Fakultas Tarbiyah Unugiri.
Posting Komentar untuk "Mengurai Tantangan Internal-Eksternal Membaca"