Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Membaca yang Perlu Pembudayaan

KEGIATAN-membaca (dok.usman)

usmanroin.com-Membaca dan ngobrol perihal keilmuan, penulis lakukan dengan mas Anwar Saleh Hasibuan, selaku Dosen Prodi Hukum Ekonomi Syariah (HES), di pojok perpustakaan Unugiri, Kamis (8/8).

Kala mojok di perpus, kami ngobrol perihal semangatnya para ilmuan muslim (filsuf) terdahulu, yang luar biasa komitmen belajarnya --dalam hal ini membaca, meneliti-- serta melahirkan karya.

Perilaku itu penulis temukan saat membaca buku karya Dr. Abdul Maqsud Abdul Ghani Abdul Maqsud berjudul: Agama dan Filsafat: Kajian terhadap Filosof Andalusia Ibnu Musarroh, Ibnu Thufail, dan Ibnu Rusyd.

Sambil memegang buku yang diterbitkan oleh Pustaka Pelajar tahun 2000, penulis coba berdialog, dan secara bergantian saling bertanya serta mendengar uraian yang keluar dari mulut kami berdua. 

Terlintas di pikiran, dari ngobrol sembari membaca buku setebal 168 halaman tersebut, penulis menjadi kecil. Dalam obrolan penulis dengan mas Anwar, pengetahuan yang kami ketahui masih jauh dari banyak. Masih sedikit sekali dari yang belum kami ketahui.

Dari membaca dan ngobrol dengan mas Anwar pula, penulis menjadi tidak bisa sombong. Bahkan, tidak layak sombong sama sekali. 

Di benak kami, apa yang mau dibanggakan dengan keilmuan yang belum seberapa, bila dibandingkan dengan para filsuf sebagaimana buku yang dibaca di perpus. Belum lagi bila kemudian dikorelasikan dengan sang pemilik dan sumber keilmuan hakiki, yakni Allah Swt.

Kala ngobrol dengan mas Anwar pula, kami berkesimpulan, bila spirit keilmuan beliau-beliau --ilmuan Islam terdahulu-- telah maju, produktif, baik dalam belajar dan berkarya. 

Jika demikian adanya, generasi Islam kini kudu-nya malu melihat para ulama Islam kita yang telah luar biasa gairah belajarnya.

Itulah..! Sekali lagi, itulah jihad besar kekinian yang perlu kita lakukan bersama-sama, yakni sungguh-sungguh dan tekun dalam belajar.

Lanjut Baca

Selepas dari perpustakaan Unugiri, penulis kemudian pulang. Karena terngiang-ngiang dengan spirit yang dimiliki para filsuf hasil membaca dan ngobrol dengan mas Anwar, penulis terdorong meneruskan membaca buku yang pada Selasa (6/8) malam dibeli dengan beliau.

Selama berkarir sebagai penulis, pengarang buku yang penulis beli, menjadi inspirasi awal belajar menulis --dari karya beliau perihal menulis. 

Khusus yang penulis beli, ini fokus pada bagaimana menumbuhkan kemauan membaca anak dengan judul: Membuat Anak Gila Membaca.

Buku setebal 284 halaman ini --sejak tulisan ini diposting-- telah penulis baca hingga halaman 228. Penulis nikmati betul isi yang dituangkan oleh pengarang Mohammad Fauzil Adhim. Sehingga terbersit, bila membaca sangat penting dikenalkan kepada anak sejak dini agar memberi pengalaman pramembaca (2015:40).

Pramembaca sendiri bagi anak (44) bisa menumbuhkan minat besar dalam membaca. Jauh bisa lebih memberi harapan, dibandingkan anak-anak yang di usia dini telah memiliki kemampuan membaca yang sangat bagus, sementara minat membacanya kurang.

Membaca buku tersebut, penulis semakin semangat untuk membaca. Waktu longgar yang hadir, betul-betul penulis gunakan untuk meneruskan lembar demi lembar buku yang baru dibeli.

Tujuannya tidak lain, membudayakan membaca dari diri sendiri, yang dalam bahasa Adhim (226) untuk memunculkan semangat daya juang tinggi menghadapi "kebosanan" saat membaca.

Akhirnya, apakah panjenengan tidak mau berjuang untuk menghadapi "kebosanan" membaca? 

Jawabannya, penulis kembali kepada panjenengan. Boleh juga dengan menuliskan kolom komentar yang telah tersedia. Maturnuwun.


*Usman Roin, penulis adalah Dosen Prodi PAI, Fakultas Tarbiyah, Unugiri.

: UR
: UR Pria desa yang coba senang membaca, menulis, dan blogging sebagai kontemplasi diri.

Posting Komentar untuk "Membaca yang Perlu Pembudayaan"