Perjuangan Menulis
FOTO-Usman Roin (dok.pribadi) |
usmanroin.com–Usaha untuk melahirkan karya tulis secara kontinu memang butuh perjuangan.
Bagi orang yang produktif menulis, tentu perjuangannya lebih berat. Karena “harus” istikamah melahirkan karya tulis. Wujudnya entah harian, mingguan, bulanan, semesteran dan seterusnya.
Bagi yang kurang hingga tidak produktif, semisal dulu pernah menulis sekarang tidak, menulis juga butuh perjuangan yang sama. Bahkan terkadang lebih berat.
Bagaimana tidak? Orang yang kurang hingga tidak pernah lagi menulis perjuangan beratnya terletak saat akan mengawali tulisan.
Mau diawali huruf apa, kata apa, bingungnya setengah mati. Yang terjadi adalah mengetik kata, lalu dihapus. Ketik lagi, hapus lagi. Begitu seterusnya.
Tentu, perilaku yang dilakoni tersebut akanlah sia-sia. Sebab, tidak ada tulisan sama sekali yang dihasilkan.
Agar perjuangan menulis menjadi ringan, inilah urgensi tulisan dibuat. Sehingga kegiatan menulis bukan lagi sesuatu yang menakutkan, melainkan ringan untuk dikerjakan. Lalu, apa perjuangan yang dibutuhkan:
Pertama, menghadirkan niat. Menghadirkan niat yang penulis maksud, adalah keinginan diri untuk memiliki karya tulis. Adapun bentuknya, bisa berupa catatan harian, cerpen, puisi, opini, esai serta genre tulisan yang lain.
Agar ide tulisan terstimulasi mecungul bin muncul, Bambang Trim (2018:45) menawarkan tiga hal. Yakni banyak membaca, banyak jalan, dan banyak silaturahim.
Kata “banyak” yang dimaksud beliau, kita diminta melakukan lebih dari yang dilakukan orang biasa.
Konkritnya, kita biasanya membaca, tetapi tidak banyak. Kita biasa bepergiatan, tetapi tidak banyak. Dan kita biasa bersilaturahim, tetapi tidak ke banyak orang atau kalangan.
Melalui frekuensi yang menjurus kepada sering dan banyak itulah, semoga niat menulis segera keluar menampakkan diri.
Kedua, menangkap ide. Ide tulisan itu bisa muncul kapan saja. Tugas kita adalah segera mencatat.
Bahkan menjadi lebih bijak, bila ide-ide yang muncul tersebut diarsip menjadi bank-bank ide.
Bisa dengan gadget, laptop, hingga personal computer (pc) tergantung situasi di mana ide tersebut muncul. Adapun bank-bank ide tersebut mau ditulis kapan, itu teknis nanti.
Perlu diketahui, ide yang muncul tetapi luput segara dicatat akanlah hilang. Ketika sudah hilang, untuk memunculkannya kembali tidaklah mudah.
Kadang sampai harus mengalami migran (alias sakit kepada sebelah) agar ide tersebut kunjung muncul kembali.
Nyatanya, ide yang sudah hilang sulit dimunculkan kembali. Bilamana sampai ditemukan, pengalaman penulis, originalitasnya tidak sebagaimana saat awal mecungul.
Agar ide tulisan itu mudah tampak, menurut Fajar Junaedi (2017:30), yang perlu dilakukan adalah menciptakan proses kreatif. Proses kreatif yang dimaksud adalah, cara, aktivitas yang dilakukan untuk memunculkan ide menulis.
Mulai dari memperbanyak membaca buku, jurnal, berita; lalu respon (tanggap) dengan peristiwa yang terjadi di sekitar sekecil apapun; serta mencatat momen hari-hari penting -nasional dan Islam- sebagai sumber penciptaan ide menulis.
Ketiga, menikmati menulis. Kegiatan menulis yang dinikmati, proses melakoninya pun ringan, senang. Bahkan, bisa berlama-lama tenggelam dalam ketik mengetik.
Selain itu, menikmati proses menulis juga bisa diartikan semangat untuk menyicil sedikit demi sedikit pekerjaan menulis hingga selesai.
Sebagai misal, pagi ini terdapat ide tulisan yang muncul. Kemudian, ditindak lanjuti dengan menuangkannya. Hanya saja, hasil penuangan yang dilakukan baru mendapatkan tiga paragraf.
Setelah itu, ternyata ada kegiatan kuliah, mengantar orang tua, atau ada tugas pengajaran -bagi guru atau dosen- yang mengharuskan untuk ditinggal.
Jika kaidah yang digunakan adalah menyicil sedikit demi sedikit, artinya proses menulis yang terpenggal itu kita lalui sebagai peristiwa alamiah. Tidak lantas kemudian menggerutu.
Toh manakala selesai, atau sedang menjalakan aktifitas, waktu longgar yang tersedia bisa digunakan untuk meneruskan kegiatan menulis.
Contoh melalui ponsel, ide yang terpenggal tersebut bisa diteruskan kembali menghasilan satu, dua, hingga tiga paragraf seterusnya, secukup jeda waktu yang hadir.
Alhasil, karya tulis seperti artikel tips, opini, puisi, cerpen dan lainnya akan lekas rampung tanpa terasa.
Secuil ide minggu ini, semoga bisa membantu siapa saja untuk berjuang menulis.
Waktu sekecil apapun yang hadir, termanfaat betul untuk ngopeni ketik, ketik, dan ketik ide tulisan, hingga kemudian berakhir dengan sendirinya.
* Usman Roin, penulis adalah Dosen Prodi PAI, Fakultas Tarbiyah, Unugiri.
Posting Komentar untuk "Perjuangan Menulis"