Menanti Uluran Tangan Akademisi
FOTO-Usman Roin (dok.pribadi) |
usmanroin.com–Alhamdulillah, dua tulisan kecil penulis memperingati Hari Lahir Pancasila tahun 2024 ini, tayang di media online ternama Kabupaten Bojonegoro. Yakni, blokbojonegoro.com serta suarabanyuurip.com.
Perlu penulis informasikan, tulisan pertama yang telah publish, bisa panjenengan klik saja judul “Secuil Pesan Hari Lahir Pancasila”. Adapun tulisan kedua, monggo bisa di klik pula judul “Agar Pancasila Masuk Sendi Kehidupan”.
Esensi Karya
Dua karya sederhana ini adalah “perjuangan” atau jihad menulis, meminjam terminologi Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA., dalam buku beliau berjudul “Deradikalisasi Pemahaman Al-Qur’an dan Hadis” (2014:93).
Sebab hadirnya peringatan tersebut, bila tidak tulis, akan menguap dan berlalu begitu saja. Tidak ada nilai-nilai kekinian yang coba ditawarkan. Yang paten dan istikamah ya sekadar pagelaran upacara, pemberian ucapan. Hanya itu.
Apalagi, sejauh penulis memandang, masih kecil jumlah akademisi yang punya ghiroh untuk berbagi ide bagaimana sih cara kekinian memperingati Hari Lahir Pancasila, hari-hari nasional lainnya serta Islam!
Oleh karena masih sedikit akademisi yang menulis itulah, tidak lantas menjadikannya tidak ada yang menulis.
Terlebih secara ide, keilmuan, keberadaan akademisi di Bojonegoro ini lebih-lebih. Mulai dari portofolio riwayat pendidikan, penelitian dan pengabdian yang semuanya luar biasa.
Tetapi lagi-lagi, tujuan, keinginan, mengapa hal itu belum dilakukan, penulis kembalikan lagi kepada mereka.
Bisa karena tidak punya waktu. Belum kulina menulis ilmiah populer. Atau justru tidak tertarik, oleh karena tidak semakin meningkatkan cuan.
Sebenarnya, problem sosial yang menganga di sekitar kita banyak dan berkembang dari waktu ke waktu. Ambil contoh saja, semangat belajar yang turun pasca lulus jenjang menengah atas, atau kejuruan.
Apalagi bila kemudian dibumbui oleh ketidakpunyaan biaya, sehingga tensi melanjutkan ke jenjang PT pun gagal. Alhasil, fenomena yang tampak, akan lebih enjoy bekerja daripada lanjut belajar.
Pada problem lain, angka perceraian di Kota Ledre ini juga masih tingginya. Tentu, dari kacamata disiplin ilmu pendidikan Islam, hukum keluarga Islam dan hukum ekonomi syariah perlu ditelisik. Apa sih sebenarnya akar masalah yang terjadi.
Apa sebab salah orientasi perkawinan? Kurangnya bekal pengetahuan berkeluarga? Atau justru penghasilan yang kurang, akibat hodonisme materi yang justru memboroskan pengeluaran keluarga?
Indikator-indikator itu tentu butuh telaah. Solusi. Serta, uluran tangan akademisi. Agar jangan sampai, problem sosial menurunnya minat pelajar ke PT tersebut ditelantarkan begitu saja. Tidak ada kontribusi akademisi PT untuk memberi solusi.
Kemudian juga problem perceraian, sejauh amatan penulis, grafiknya merangkak naik dari waktu ke waktu. Itu juga belum tertangani bagaimana akademisi ikut memberi alternatif solusi.
Padahal, prespektif penulis, bila kemudian akademisi ikut urun rembug melalui ide ilmiah yang dituangkan, tentu hasil analisanya bermaanfaat. Yakni, ikut memberi penyadaran bahwa melanjutkan ke PT itu penting.
Lalu, penyadaran akan keutuhan keluarga, serta solusi bagaimana membangun pemasukan dan pengeluaran yang baik bagi pasutri muda? Ini semua butuh tangan panjang akademisi.
Bila kemudian akademisi duduk manis di kursi kerjanya, sibuk dengan diri dan media sosialnya, agaknya mereka lupa. Oleh karena, mengesampingkan problem sosial yang hadir di depan mata.
Karenanya, bila kemudian mahasiswa baru menurun, mungkin ini karena kurang kontribusi akademisi terhadap problematika sosial yang hadir dekat. Tetapi, kita lupa respek ikut memberi solusi.
Akhirnya, secuil tulisan ini semoga menjadi penyadar, agar selanjutnya tidak timbul pertanyaan. Apakah kini, akademisi banyak berorientasi kepada profit jabatan atau cuan?
Semoga, pertanyaan tersebut “tidaklah” benar.
* Usman Roin, penulis adalah Dosen Prodi PAI, Fakultas Tarbiyah, Unugiri.
Posting Komentar untuk "Menanti Uluran Tangan Akademisi"