Sertijab dan Sekelumit Cerita Bisa Nulis Berita
FOTO-Usman Roin (dok.pribadi) |
usmanroin.com-Serah terima jabatan (Sertijab) antar pejabat lama ke baru Kepala Bidang Informasi, Publikasi dan Kehumasan Unugiri, alhamdulillah telah terlaksana.
Hadir di Cave Mo** yang ada di Bojonegoro, Wakil Rektor II Ustaz Dr. H. Yogi Prana Izza, Lc., MA., yang juga pimpinan di Mitra Warek II. Lalu, para Kabid, Ka staf maupun staf baik yang pindah posisi maupun yang baru menjadi bagian.
Sebagai pribadi yang pernah menjadi bagian Dir II, penulis sangat berterima kasih. Dikasih kesempatan untuk mengamalkan ilmu itu sudah luar biasa.
Yaitu, bidang publikasi utamanya mengabadikan aneka kegiatan yang diselenggarakan oleh kampus, untuk kemudian diolah, dan dipublis di website kampus.
Bila kemudian informasi yang dibuat oleh kampus layak untuk diketahui publik, ini artinya konten yang dibuat bisa disharekan kepada mitra media dalam hal ini media mainstream.
Dengan begitu, eksistensi kampus senantiasa dinamis oleh karena kegiatan yang ada terkemas dengan baik dan terbaca oleh publik.
Nulis Berita
Bicara mengemas kegiatan menjadi berita, penulis masih ingat bila kebisaan itu lantaran belajar kepada salah satu teman wartawan kala masih di Semarang.
Penulis masih ingat, belajar nulisnya kepada Ahsan Fauzi yang dulu pernah menjadi wartawan di Jawa Pos Radar Semarang, yang kini beralih ke media online metrotimes.news.
Saat dia -Ahsan, panggilan akarabnya- membagi kiat praktis menulis berita, dengan gampangnya menunjukkan cara mudah menulis berita dengan hanya bilang, “Kang, tulis berita koyok seng wes dadi iki,” ungkapnya.
Kalau ditranslate ke dalam bahasa Indonesia kurang lebih, “Kang, tulis berita sebagaimana yang sudah jadi ini”.
Artinya apa, penulis diminta untuk menirukan susunan (anatomi) tulisan beritanya mulai dari paragraf pertama, kedua, ketiga hingga terakhir yang sudah jadi dan tayang di medianya kala itu.
Dari hasil amati dan tiru inilah, kemudian penulis belajar dari waktu ke waktu secara mandiri nulis berita, yang kemudian seiring waktu coba memodifikasi.
Karenanya, lengkap sudah rumus amati, tiru dan modifikasi (ATM), sebagai langkah mengembangkan keterampilan menulis berita.
Setelah lumayan bisa mengamalkan rumus ATM, penulis juga melebarkan sayap memperkenalkan diri kepada awak media. Mulai dari media cetak -yang kala itu masih tumbuh subur- hingga kemudian media online yang kini menjamur pula.
Apa yang penulis harapkan? Jawabnya ada relasi.
Ini penting, agar penulis bisa banyak belajar dengan mereka. Yakni, belajar memodifikasi penulisan berita hingga kemudian enak dibaca, serta belajar menata diksi berita agar menjadi poin penting, serta cara meletakkannya agar menjadi isu yang layak untuk dikonsumsi publik.
Untuk bisa melakukan hal itu, penulis pernah belajar secara langsung kepada awak media melalui pelatihan maupun seminar jurnalistik.
Kemudian penulis lengkapi secara mandiri membaca buku semisal, karya Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat (2012:61-66) terkait berita dikatakan bernilai bila memiliki unsur-unsur.
Diantaranya unsur tersebut antara lain aktualitas, kedekatan, dampak, dan human interest yang terbagi dalam unsur ketegangan, ketidaklaziman, minat pribadi, konflik, simpati, kemajuan, seks, usia, binatang dan humor.
Sementara bila membaca karya Rahmat Patuguran dan Saroni Asikin (2020:38), berita itu bernilai karena memperhatikan sembilan unsur.
Mulai dari unsur kepentingan publik, dampak, aktualitas, ketokohan, kedekatan, konflik, human interest, keunikan dan seks.
Adapun perihal foto, penulis juga belajar kepada fotografer koran Suara Merdeka, Jawa Pos Radar Semarang, serta Tribun Jateng. Yang terkesan, penulis berlajar langsung kepada Hermawan Handaka sang fotografer Tribun Jateng.
Kala penulis undang meliput saat penulis masih bertugas sebagai Humas Bidang Media salah satu sekolah favorit Islam swasta di Semarang, dia tidak sekadar hadir hunting foto.
Saking dekatnya, dia mengajari penulis bagaimana menghasilkan foto yang bernilai jurnalistik.
Dari belajar langsung itulah kemudian penulis dukung dengan membaca buku-buku para jurnalis yang punya spesialisasi fotografer.
Sebagai contoh, Regina Septiarini Safri (2011:28-146), cewek yang memilih berprofesi fotografer LKBM Antara, di bukunya terlihat banyak melakukan liputan kebencanaan di Yogyakarta. Tepatnya, gempa bumi di Bantul tahun 2006 silam.
Sekelumit cerita di atas, adalah perjalanan penulis sinau nulis berita. Tidak lain agar bisa merasakan pengalaman menjadi jurnalis, yang secara lengkap tidak semuanya penulis paparkan lika-likunya di sini.
Semoga ada manfaatnya. Amin ya rabbal ‘alamin.
* Usman Roin, adalah Dosen Prodi PAI Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri.
Posting Komentar untuk "Sertijab dan Sekelumit Cerita Bisa Nulis Berita"