Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Problem Dua Matahari di Organisasi

FOTO-Usman Roin (dok.pribadi)

usmanroin.com-Bagaimana bila disebuah organisasi ada "dua matahari"? Yang dalam istilah lain ada yang menyebut "matahari kembar". Lalu, apa yang terjadi di organisasi!

Sebuatan "dua matahari" ini bagi penulis hanyalah kiasan bila di organisasi tersebut "ada dua kemudi" yang dalam KBBI diartikan pemimpin pada perserikatan, pemerintahan dan sebagainya.

Ketua terpilih menjadi kemudi pertama, sementara kemudi kedua, adalah ketua lama yang seakan-akan entah karena ingin "lanjutkan" tapi tidak terpilih oleh mayoritas suara forum, hanya saja masih "merasa" sebagai ketua. 

Padahal kedudukannya sudah lain, yakni bukan lagi sebagai ketua.

Terhadap fenomena itu, tentu masing-masing harus memahami tupoksinya yang sekarang, serta saling menahan diri.

Ketua terpilih, harus pintar-pintar menempatkan diri bahwa dia hari ini menjadi ketua. Karenanya, dia harus melibatkan pengurus yang masuk dijajaran untuk dirangkul, diajak komunikasi tentang perencanaan,  pelaksanaan hingga evaluasi kegiatan.

Mengapa kudu melibatkan dengan yang lain? 

Agar jangan terjadi organisasi "A" sebagai misal, yang melakukan kesemuanya ketua sendiri. Adapun pengurus yang lain sama sekali tidak mendapatkan peran, alias sebatas formalitas.

Karenanya, perilaku seperti itu tidaklah patut diterapkan untuk organisasi sosial kemasyarakatan. 

Hal itu berakibat, seolah-olah ketua "pahlawan". Bila tidak karena dia, tidak akan jalan. Inginnya selalu di depan, di depan, dan menjadi di depan agar mendapat simpati.

Jika demikian yang terjadi, ketua sudah salah niat. Dia egois. Semua dikerjakan sendiri dan sama sekali tidak mengajak pengurus lain ikut andil mengambil kebijakan kegiatan organisasi.

Alhasil, ketua jenis ini "seakan-akan" dianggap yang paling berjasa. Padahal tidak. Kala menahkodai organisasi memang dia sukses. Tetapi membawa peran serta pengurus lain untuk aktif, dia tidaklah berhasil.

Yang terjadi justruk sebaliknya. Banyak pengurus lain malas datang, acuh tak acuh di kegiatan, olah karena kehadiranya tidak diperlukan. Bahkan terkadang dianggap remeh alias "ora diwongke".

Kemudi Dua

Kemudi kedua sebagaimana penulis sampaikan di atas, adalah ketua lama yang masuk di organisasi, tetapi kewenangannya "seakan-akan" mengalahkan, atau sengaja "tidak mau mengalah" dengan ketua definitif. 

Meski ada ketua terpilih, ketua lama punya ego "tidak rela" dan merasa ingin di depan dan terdepan. 

Perilaku kemudi kedua itu dalam kacamata penulis yang juga pernah jadi Ketua Remaja Masjid kala masih di Kota Semarang, tidaklah etis.

Justru bagi penulis, ketua lama yang menjadi matahari kembar "kedua" menampakkan sikap egois, dan "seakan-akan" tidak memberi kesempatan pengkaderan berjalan serta "ora ngewongke". Artinya, tidak menghargai kehadiran ketua terpilih.

Perlu diketahui, sikap-sikap seperti inilah yang bagi penulis jangan sampai dilakukan ketua lama. Itu jika memang betul-betul dia dewasa. 

Bila dilakukan, dan mewujud nyata di organisasi dua matahari kembar, bagi penulis dia tidak dewasa secara psikologis. Jasmaninya besar (dewasa) oleh umur, tetapi kejiwaannya masih kanak-kanak alias tidak berimbang atau telat dewasa. 

Karenanya, akan lebih baik, ketua lama ikhlas membimbing kepada ketua baru. Karena sekali lagi, manusia hidup ada batasnya. Bisa saja detik ini, nanti malam, besuk pagi, atau dua hari kedepan Allah Swt meniadakan nikmat kehidupan yang diberikan.

Bila kemudian hal itu terjadi dan kaderisasi tidak berjalan, oleh sebab dua matahari berada dalam satu organisasi yang saling bertolak-belakang, singkur-singkuran, maka iklim organisasi yang demikian tidaklah sehat.

Bila iklim organisasi sudah tidak sehat, artinya organisasi entah itu majelis taklim, karang taruna dan sebagainya yang dahulunya moncer, akan redup sendiri oleh matahari kembar. 

Bisa oleh pemimpin terpilih, dan sangat bisa pula oleh pemimpin lama yang tidak lagi terpilih namun perilakunya "tetap memposisikan sebagai ketua". (*)


* Usman Roin, adalah Dosen Prodi PAI Unugiri, pernah menjadi Ketua Umum Remaja Islam Majid Agung Jawa Tengah, Pengurus PAC IPNU Balen, Pengurus PC IPNU Bojonegoro dan sekarang Pengurus Remaja Masjid Agung Darussalam Bojonegoro.

: UR
: UR Pria desa yang coba senang membaca, menulis, dan blogging sebagai kontemplasi diri.

Posting Komentar untuk "Problem Dua Matahari di Organisasi"