Benar dalam Menulis
PHOTO-jeshoots.com on unsplash |
usmanroin.com-Kebenaran, harus menjadi rumus menulis. Meminjam bahasa Guru Besar Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang, Prof. Dr. H. Imam Suyitno, M.Pd., (2018:vii) itu karena menulis menjadi sarana efektif untuk menyebarkan informasi.
Bisa dibayangkan bila informasi yang tersampaikan salah dan itu sudah diketahui publik. Betapa malunya penulis dan pemilik sumber informasi.
Apalagi, informasi yang kita sampaikan juga memiliki fungsi edukatif. Yakni, selain mendidik juga diharap memberi manfaat untuk orang lain.
Jika demikian, kebenaran menuliskan huruf, kata, kalimat, hingga paragraf mutlak diperhatikan secara seksama.
Kemudian, untuk mendapatkan kebenaran menulis, apa saja yang diperhatikan?
Pertama, dalam pandangan penulis, ya tentu kebenaran dalam menulis itu sendiri.
Artinya kala kita menulis, kata yang ditulis minus kesalahan. Coba kita angan-angan, bagaimana bila kita menulis kemudian terdapat typo disetiap kata, kalimat dan paragraf.
Tentu, yang membaca akan berkesimpulan. “Ini penulise piye to?” atau “Bagaimana sih tulisannya, kok banyak yang salah?” hingga “Apa tidak diedit sebelum dikirim?” dan masih banyak komentar lain yang didapat. Itu baru dari sisi ucapan.
Dari sikap, kala pembaca menemukan tulisan yang banyak kesalahan, tentu malas akan muncul. Selanjutnya, melahirkan kemandekan tidak melanjutkan lagi teks bacaan yang sebenarnya belum finish.
Jika sudah demikian, karya tulis yang kita buat jadi muspro. Karena, tidak memiliki daya lebih. Entah dibidang ke dalaman hingga kebenaran kata. Terlebih, hal yang penting dalam menulis adalah menyajikan tulisan secara baik dan benar.
Ukuran sederhanya begini, kala menulis kata (sebagai misal), kita bisa menyempatkan sebentar untuk kroscek pada KBBI daring yang bisa di-download melalui play store.
Bisa juga bila ingin lengkap menggunakan filter kebakuan kata, aplikasi “Halo Bahasa” milik Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa dipergunakan. Karena aplikasi tersebut juga bisa di-download melalui play store.
Dua aplikasi yang penulis contohkan tersebut, memiliki kegunaan untuk melakukan pengecekan kata yang kita tulis utamanya sudah baku atau belum.
Jika belum baku, kita tinggal menuliskan kata “yang masih ragu kebakuan tulisannya” lalu di-search sehingga keluar yang baku.
Setelah itu, baru kemudian kata yang baku tersebut diterapkan dalam kepenulisan yang sedang kita laksanakan baik melalui laptop, notebook, PC, atau gadget.
Selain aplikasi “KBBI” maupun “Halo Bahasa” daring, kebenaran kepenulisan juga bisa didukung dengan secara bertahap belajar cara menulis sebagaimana kaidah yang benar.
Hal itu bisa pembaca baca melalui buku-buku seperti yang penulis miliki.
Antara lain, karya Prof. Dr. Ida Bagus putrayasa, M.Pd., (2014) berjudul “Kalimat Efektif: Diksi, Struktur, dan Logika”, serta (2012) “Jenis Kalimat: Dalam Bahasa Indonesia”; hingga buku karangan Prof. Dr. H. Imam Suyitno, M.Pd., (2018) berjudul “Menulis Makalah dan Artikel”.
Tiga buku yang penulis contohkan di atas, selain berbicara dasar-dasar dalam membentuk kalimat (pada buku satu); lalu sistematika mulai dari diksi, struktur, dan logika bahasa yang mudah dipahami beserta contoh (pada buku dua).
Kemudian (pada buku tiga) berbicara tentang bekal apa, dari mana dan bagaimana cara menulis utamanya makalah dan artikel.
Kedua, dalam pandangan penulis terletak pada kebenaran dalam penyajian fakta. Penyajian fakta sendiri, lebih berhubungan dengan keakuratan peristiwa yang diperoleh yang kemudian ditulis seorang penulis.
Coba dibayangkan kembali bila kita menulis peristiwa atau berita (news). Kemudian, data peserta yang ditulis salah. Tentu pesan protes akan banyak dilayangkan oleh penyelenggara acara.
Belum lagi, saat kita salah menulis nama seseorang beserta gelar. Protes serupa juga akan dilayangkan.
Itu karena, sumber tulisan yang muncul ada yang menciptakan. Alhasil, pencipta informasi inilah yang akan dicari lebih awal pada setiap produk tulisan.
Jika sudah ketemu, komentar pun bertubi-tubi muncul. Sebab, tidak ada upaya konfirmasi perihal data yang didapat dan masih luput diperhatikan kala menyajikan tulisan.
Jika demikian, kebenaran dalam fakta harus jadi hal pokok yang harus diperhatikan. Karena peristiwa yang terjadi dan terpublis, akan berakhir palsu bin tidak benar (hoax) jika kita tidak mengetahui fakta sebenarnya.
Ketiga, kebenaran produk tulisan bisa diperoleh hasil editing editor. Artinya, kebenaran peristiwa atau berita akan bisa terwujud oleh peran editor yang melakukan editing naskah.
Apalagi, editor sendiri dalam KBBI daring bermakna orang yang mengedit naskah tulisan atau karangan yang akan diterbitkan dalam majalah, surat kabar (baik cetak maupun online).
Oleh karena itu, produk tulisan akan menjadi benar, bila ada editor yang dipasang dalam sebuah penerbitan. Entah itu majalah, surat kabar cetak maupun online.
Logika sederhana seperti ini. Bila dari sumber tulisan terdapat salah kepenulisan, berkat hadirnya editor, ia akan membenarkan data-data kepenulisan yang didapat sebelum akhirnya diterbitkan melalui cetak, atau yang ditayangkan melalui media online.
Pada fungsi yang lain, editor dalam penulisan karya ilmiah (seperti makalah) juga memiliki peran penting.
Ia akan mendelengi kata demi kata (dari kalimat dan paragraf) yang telah disusun anggota kelompok (sebagai misal) untuk dilakukan pembenaran kepenulisan.
Karenanya, jika editor dalam sebuah kelompok makalah tidak ada, bisa dipastikan makalahnya akan menjamur kesalahan kepenulisan.
Selain itu, teknik citasi yang gunakan pun akan kehilangan arah karena tidak merujuk kepada buku pedoman yang telah direkomendasikan oleh dosen pengampu.
Jika demikian, berbekal ketelitian diri, pengetahuan menulis hasil membaca, akan lahirlah produk karya tulis yang tidak sekadar baik. Melainkan juga benar.
Akhirnya, salam benar dalam menulis yuk!
* Usman Roin, adalah Dosen Prodi PAI UNUGIRI.
Posting Komentar untuk "Benar dalam Menulis"