Notifikasi Hari Lahir Pancasila
PHOTO-by Mufid Majnun on Unsplash |
usmanroin.com, SATU-Juni kemarin, kalender kita menunjukkan informasi Hari Lahir Pancasila (HLP). Karenanya, warnanya merah untuk menghormati kehadirannya.
Kelahiran Pancasila diperingati, agar kita minimal mengingat-ingat bila hari kemarin, yang tanggalnya merah, ada peringatan.
Karenanya, diberbagai kalender yang dibuat, ketika ada warna merah, pasti diikuti oleh catatan sebuah peristiwa yang terjadi di dalamnya. Konsekuensi logisnya adalah, bila warna merah, selain ada pesan di atas, juga ada pesan jelas menunjukkan hari libur.
Pada salah satu group WhatsApp penulis, karena ada tanggal merah yang kemudian diikuti dengan cuti bersama, terdapat candaan (joke) yang menggelitik. Intinya, bila hari libur, alamat menjadi susut pendapatan alias rupiahnya.
Candaan tersebut kemudian ditimpali dengan mengasih alternatif cerdas. Yakni, mencari cuan selain di tempat kerja. Ha., ha., ha.!
Gebyar HLP
Kita “sudah” ingat, bila 1 Juni sebagai peringatan HLP, itu saja sudah baik. Karenanya, flayer ucapan selamat HLP marak dibuat oleh berbagai instansi pemerintah, instansi pendidikan, organisasi kemasyarakatan dan keagamaan, perusahaan, insan pers, lembaga filantropi, advokad, perkumpulan-perkumpulan, dan masih banyak lainnya.
Memperingati HLP selain melalui flayer, juga bisa dilakukan dengan menggelar upacara. Sebagaimana yang sudah dilihat, instansi pemerintah, kemudian lembaga pendidikan, memperingatinya dengan upacara pengibaran bendera.
Tidak kalah juga, aneka tulisan memperingati HLP juga bermunculan. Mulai dari mengkaji secara mendalam kenapa HLP diperingati? Yang selanjutnya, menghubungkannya dengan era kekinian.
Karenanya, berbagai bentuk-bentuk menyemarakkan HLP tersebut sah dan perlu digaungkan sampai kapan pun.
Tujuannya tidak lain, agar spirit Pancasila yang berisi lima asas sebagai dasar negara Indonesia, Ketuhanan yang Maha Esa; Kemanusiaan yang adil dan beradab; Persatuan Indonesia; Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan; Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, senantiasa bisa teraplikasi secara baik di sekitar kita.
Selain itu, lima asas dasar negara sebagaimana penulis sebuatkan di atas, juga untuk mengingat-ingat bila kita memiliki identitas unik, dan menjadi pembeda dengan bangsa lainnya. Tujuannya tidak lain agar nilai-nilai Pancasila tidak tercerabut dari akar budaya Indonesia.
Perlu diketahui, menurut Pristiyanti Nurwardani dkk., (2016:13) menyampaikan, jauh sebalum lahirnya Pancasila, cerminan nilai Pancasila mulai dari percaya kepada Tuhan dan toleran; gotong royong; musyawarah; dan solidaritas atau kesetiakawanan sosial, sudah membudaya dalam laku kehidupan masyarakat serta jadi pandangan hidup bangsa.
Jika demikian, lahirnya Pancasila ini mengingatkan, bila kita memiliki warisan luhur lima asas bernegara, untuk menciptakan profile diri ikut memberikan kontribusi konstruktif, baik dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, dengan mengacu kepada nilai-nilai Pancasila sebagai kaidah penuntun (guiding principle) guna melahirkan warga negara yang baik (good citizenship).
Lalu, nilai-nilai apa yang terkandung dalam lima asas (Pancasila) sebagai landasan dasar bernegara?
Pertama, nilai ketuhanan (religiusitas). Pesan dari nilai ini menjadi nilai-nilai ketuhanan sebagai sumber etika dan spiritualitas. Meminjam bahasa Prof. Mujamil Qomar (2019:15) disebut teantroposentris, atau bentuk orientasi keseimbangan dalam menjalin hubungan dengan Allah (hablum minallah) dan hubungan dengan sesama manusia (hablum minannas).
Adapun praktinya, pada pola hubungan dengan Allah berwujud upaya selalu menyempurnakan iman, meningkatkan kualitas-kuantitas ibadah, dan memperkokoh kadar ketakwaan kepada Allah Swt.
Sedangkan pada pola hubungan dengan sesama manusia, di samping pelaksanaan upaya di atas, juga tercermin upaya meningkatkan interaksi sosial, semangat membangun kesadaran sosial, ikut mewujudkan solidaritas sosial, dan bersama-sama membentuk kesalihan sosial.
Pada nilai ketuhanan ini, Pancasila melindungi hingga menginisiasi pengembangan kehidupan beragama yang dihuni oleh penduduk Indonesia yang multi agama dan keyakinan, sehingga keberadaan kaum beragama tersebut bisa memainkan penguatan etika sosial berdasarkan nilai-nilai agama di ruang publik.
Kedua, nilai kemanusiaan. Nilai ini menyampaikan pesan, bila pemanusiaan secara universal, bisa ditelusuri sumbernya dari hukum Tuhan, alam, dan sifat-sifat sosial yang dianggap penting, untuk dijadikan dasar tata etika-politik guna mewujudkan keadilan dan keadaban dalam kehidupan bernegara.
Ketiga, nilai persatuan. Pesan ini menyiratkan makna, negara kita Indonesia, selain memiliki visi dan prinsip yang kuat karena berhasil mempertemukan masyarakat yang majemuk, juga memberi angin segar tumbuh-suburnya keragaman komunitas untuk menampilkan kreasi sebagai identitas yang khas.
Selanjutnya melalui persatuan, saling menghargai dan menghormati tumbuh. Lalu, antar sesama bisa saling belajar dan memperkaya satu sama lain dengan berbagai pengalaman, pengetahuan, dan perspektif yang berbeda.
Maka atas dasar persatuan, kita akan dapat memanfaatkan kekuatan kolektif untuk menghadapi berbagai tantangan dihadapi masyarakat secara bersama-sama.
Keempat, kedaulatan rakyat. Pesan ini menegaskan bila kedaulatan tertinggi ada pada rakyat. Karenanya, agar kemudian rakyat yang memiliki kedaulatan tertinggi ingin melahirkan pemimpin atau putusan yang hikmat dan bijak, maka musyawarah-mufakat perlu ditempuh dengan mengedepankan daya rasionalitas dan kearifan setiap warga tanpa pandang bulu.
Kelima, keadilan sosial. Pesan adil sosial adalah pola untuk melakukan penyeimbangan hidup kita sebagai manusia, yakni individu serta makhluk sosial.
Penyeimbangan dimensi individu diperoleh dengan memperhatikan kebutuhan fisik, emosional, dan psikologis kita sendiri agar tetap sehat dan bahagia, yang kemudian berkembangnya identitas diri berwujud kepuasan yang kuat.
Pada dimensi sosial, selain masyarakat sosial bisa menjadi sarana edukasi untuk menjadi pribadi lebih baik, juga bagian tanggung jawab diri untuk memberi kontribusi positif kepada sesama.
Bila demikian adanya, dengan memahami pesan lahirnya Pancasila, kita akan bisa menguraikan pokok-pokok moralitas dan haluan kebangsaan-kenegaraan ala Pancasila dalam konteks sederhana dan kekinian sebagai pemberitahuan (notifikasi) kolektif komponen bangsa.
Akhirnya, Selamat Hari Lahir Pancasila. Jayalah selalu untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia.
* Usman Roin, Dosen Prodi PAI Fakultas Tarbiyah UNUGIRI.
Posting Komentar untuk "Notifikasi Hari Lahir Pancasila"