Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Faedah Menabung Tulisan

PHOTO-by Dan Dimmock on Unsplash

usmanroin.com, MENULIS-itu bagai menabung karya tulis. Kalimat pendek yang hanya enam kata ini menarik untuk diulas. Apakah betul, dengan kita menulis, itu sama dengan menabung karya tulis?

Lead atau kalimat pembuka yang penulis tuangkan memang betul. Tulisan yang kita hasilkan entah itu seminggu sekali, tiga hari sekali, bahkan sehari sekali, sama dengan menabung hasil karya tulis. 

Sebagai contoh, buku ketiga penulis yang berjudul “50 Status Inspiratif” lahir kala penulis rajin update status WhatsApp. Kumpulan status yang terposting dari ponsel, penulis openi tidak menguap begitu saja. Apalagi kala kita memposting status, orang lain itu kepo banget ingin melihat. Selanjutnya, yang tertarik akan memberi feedback, dan yang tidak cukup melihat yang kemudian viewers-nya bisa kita amati siapa saja yang nglirik status kita.

Contoh sederhana di atas adalah bukti, bila merutinkan menulis itu sama dengan menabung tulisan. Setelah ditabung, lalu dibuat apa? Jawabannya, kumpulan-kumpulan tulisan yang telah kita buat selanjutnya akan bisa diterbitkan menjadi buku. 

Perlu diketahui, menerbitkan buku era kekinian banyak pilihannya. Jika tulisan kita tidak diterima oleh penerbit mayor sebagai misal Gramedia, LKiS dan lainnya, masih ada alternatif menerbitkan karya tulis yang sudah kita hasilkan. Dengan apa? Ahmad Faizin Karimi (2018:17) menyebut dengan indie publishing atau self-publishing. Mudahnya, kita mendanai sendiri buku yang ingin kita terbitkan sejumlah nominal cetak yang kita inginkan.

Selain cara di atas, juga terdapat cara lain yakni dengan publish on demand (POD). Dengan pola ini, kita mencetak buku dengan jumlah terbatas, lalu dijual secara langsung (direct selling) kepada teman-teman kita. Bahkan, yang kekinian dilakukan pre order atau pesan terlebih dahulu melalui flayer cover buku yang buat, disertai harga, nomor rekening untuk transfer sebagai tanda jadi mengorder buku.

Gambaran di atas menjadi bukti, tidaklah sulit untuk melahirkan karya. Karena karya apapun bisa diterbitkan. Justru karya yang kita buat, kemudian terpublis di media lokal, nasional dan internasional serta tidak terkecuali weblog yang kita ciptakan sendiri, hakikatnya memiliki fungsi sebagai penampung karya tulis yang telah dihasilkan. 

Kita mafhum, bila duduk dengan sepanteng untuk menyelesaikan satu karya buku betapa berat sekali rasanya. Beda bila kemudian tulisan demi tulisan kita hasilkan. Tentu, itu sama dengan menabung karya tulis untuk kita terbitkan berkala. Yang ending-nya, setelah terkumpul dalam jumlah yang banyak, bisa menjadi karya masterpiece yakni buku.

Jika kita sudah mengetahui keuntungan kenapa kudu sregep menulis, tentu hal ini harus segera kita laksanakan. Lalu apa sarana yang bisa digunakan untuk menabung tulisan?

Pertama, bagi yang masih malu-malu untuk mempublis karya, kita bisa dengan menyimpan dahulu tulisan demi tulisan yang dihasilan di gadget, laptop, personal computer (pc). 

Perlu diketahui, tulisan yang hanya tersimpan berbentuk catatan harian (diary), baik di buku atau sudah diketik melalui gadget dan laptop, serta jenis ganre karya tulis lainnya yang tidak dipublis, tidak bisa dikatakan jelek. 

Yang lebih tepat adalah, penulisnya ingin menyimpan dahulu karya tulis tersebut rapat-rapat agar tidak diketahui publik. Jika demikian, mengkulinakan menulis kemudian menyimpan dahulu adalah cara tepat mempersiapkan karya tulis monumental berikutnya. 

Kedua, bisa dengan membuat blog sendiri. Blog sendiri meminjam bahasa hostinger.co.id adalah “web log” yang berarti website yang memiliki fungsi untuk menyimpan catatan (log) yang dikelola oleh personal atau kolektif. 

Berdasarkan istilah di atas, tentu blog yang kita buat sendiri bebas mempublis apapun karya tulis yang hasilkan. Karena secara garis besar, konten yang ditulis dan dipublis sesuai dengan keadaan kita. 

Mau itu berprofesi sebagai petani, ibu rumah tangga, pedagang sayur di pasar dan keliling di kampung-kampung, tukang ngopi, aktivis kampus, remaja masjid, guru, dosen serta aneka macam profesi lain boleh ditumpahkan semuanya dengan catatan, konten yang dibuat ada manfaat positif untuk pembaca. 

Bila tulisan demi tulisan kita hasilkan, lalu kemudian dipublis pada blog milik sendiri, di situlah sesungguhnya kita telah menabung karya tulis demi karya tulis yang dihasilkan untuk dioleh menjadi karya monumental baru wujud buku. 

Ketiga, mengirim kepada media online dan cetak. Ketika kita sudah memiliki keterampilan dan kepercayaan diri dalam menulis tema-tema aktual dan memiliki nilai manfaat untuk publik, tidak ada salahnya karya tersebut dikirimkan kepada media online maupun cetak. 

Toh setelah tayang, karya tulis yang telah dihasilkan selain dibaca banyak orang, selanjutnya bisa dipersiapkan menjadi buku sesuai dengan kategorisasi tema pembahasan. Dengan demikian, buah tangan berupa buku lagi-lagi tidak terasa akan mudah dihasilkan setiap tahunnya dari produktifitas menulis yang dihasilkan dan telah tayang di media. 


* Usman Roin, Penulis adalah Dosen Prodi PAI Fakultas Tarbiyah Unugiri.

: UR
: UR Pria desa yang coba senang membaca, menulis, dan blogging sebagai kontemplasi diri.

Posting Komentar untuk "Faedah Menabung Tulisan"