Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Rahmat Allah untuk Alam Semesta

MASJID-Al-Ikhlas (us/dok)

KALI-ini penulis enggan membuka MS Word untuk menulis ringkasan khotbah. Posisi duduk penulis tidak jauh dari khatib. Adapun sekeliling dari penulis banyak jemaah yang bila khatib membuka gadget, bisa jadi salah paham terhadap aktivitas yang penulis lakukan. Padahal, penulis membuka gadget untuk meringkas isi khotbah khatib. Solusinya, penulis rekam dari jarak jauh. 

Khatib pun menyampaikan hutbah tentang “Rahmat Allah untuk Alam Semesta”. Sebagai prolognya, khatib mencoba untuk menyadarkan kepada jemaah, akan besarnya nikmat yang diberikan olah Allah kepada kita-kita sebagai makhluknya. 

Khatib memberikan contoh “rahmat hujan”, karena dengan hujan menumbuhkan tumbuhan yang ada di dunia ini.  Contoh rahmat dari khatib berikutnya “rahmat kesusahan”, sehingga dari kesusahan seseorang tersebut  atas anugerah Allah berubah menjadi kesenangan, dan keringanan dalam menjalani kehidupan.

Adapun nikmat terbesar menurut khatib adalah diciptakannya “Nur” Nabi Muhammad Saw.  Sampai-sampai, Allah Swt berfirman kepada Adam as. kurang lebih maksudnya, “Jikalau Nur Muhammad tidak diciptakan, Adam pun tidak akan diciptakan oleh Allah Swt.” 

Khatib kemudian memperkuat dengan hadits qudsi yang artinya “Jika bukan karena engkau wahai Muhammad  Saw, tidak akan Aku ciptakan alam semesta ini”. Artinya, sungguh luar biasa Nabi kita, teladan kita semua, di sisi Allah Swt.

Khatib juga tidak lupa mengajak, menengok, bahwa momentum kelahiran Nabi Muhammad Saw di bulan Rabi’ul Awal ini untuk banyak bersyukur. Tandanya menurut khatib sering-sering mengucapkan hamdalah (alhamdulillah), yang kemudian diteruskan dengan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Sebab, siapa yang taat kepada Rasul, ia juga yang taat kepada Allah Swt.

Terkait asal peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw, khatib menukil salah satu kitab maulid, bahwa manusia pada berkumpul membaca Alquran dan kisah-kisah teladan beliau. Khatib kemudian melanjutkan, hidanganpun kemudian dikeluarkan. Dan atas perilaku tersebut, khatib pun menyebut sebagai bid’ah hasanah

Khatib juga mengutib pendapanya Ibnu Taimiyah yang mempunyai maksud, bahwa orang-orang yang memperingati kelahiran baginda Rasul akan mendapatkan pahala dari Allah Swt. Bahkan, menjamurnya peringatan tersebut sebagai ekspresi mahabbah kepada Nabi Muhammad Saw sekaligus penghormatan kepada beliau. 

Allah Swt, tegas khatib, tidak akan menyia-nyiakan dan akan memberikan pahala kepada sispa saja yang “memperingati kelahiran Rasul” atas kecintaan kepada Rasul, dan bukan atas bid’ah atas apa yang dilakukan. Karena diantara bentuk cinta kepada Rasul, kata khatib, pertama adalah senantiasa taat kepada Rasul dengan melaksanaan apa saja amaliah yang dicintai-Nya, bagaimana dan apapun keadaannya.

Bentuk tanda cinta kedua kepada Rasulullah Saw, lanjut khatib, adalah sering bersalawat kepada beliau. Maka, lantunan salawat dalam bentuk peringatan Mulid, atau yang bisa didengar mingguan di masjid, musala, berupa pembacaan “Albarjanji” adalah bentuk perintah Allah untuk bersalawat kepada Rasulullah Saw. 

Adapun tanda cinta ketiga kepada Rasulullah Saw, adalah senantiasa mengingat-ingat jasa-jasa, kepahlawanan, kegigihan, dan kebijaksanaan beliau. Ini bisa diperoleh dengan banyak membaca kisah sejarah Rasulullah Saw atau menderangar cerita kehidupan beliau dari sumber yang bisa dipercaya. 

Mengakhiri khotbah, khatib mangajak untuk memperdalam lagi belajar tentang biografi Rasulullah Saw secara komprehensif, tidak sepotong-potong yang akan menjadikan pemahaman yang lebih baik dan utuh bila hal itu dilakukan. 

Pesan Khatib; di Masjid Al-Ikhlas  Jl. Kauman Raya Dalam No. 7A, Palebon, Pedurungan, Kota Semarang.

Penulis : Usman Roin

: UR
: UR dosen bloger

2 komentar untuk "Rahmat Allah untuk Alam Semesta"

  1. Alhamdulillah, semoga menjadi pencerah dan bermanfaat utk ummat

    BalasHapus
  2. Amin ya rabbal 'alamin yi., maturnuwun pandongane jenengan..🙏

    BalasHapus