Menabung Via Amplop
TABUNGAN-amplop (dok/us) |
TIBA-tiba saja muncul ide menyisihkan rupiah kecil, dari hari ke hari, ke dalam wadah sederhana berupa amplop. Awalnya, penulis bingung melihat amplop kosong. Mau diisi kolom dan baris apa, untuk mencatat transaksi menabung yang penulis lakukan.
Besaran rupiahnya pun semampu kita. Artinya, bisa flat. Bila nominalnya Rp. 5000 dari awal bulan, nominal itulah yang disisihkan setiap hari untuk kemudian dimasukkan ke dalam amplop. Bisa juga naik turun nominalnya. Dalam artian, di awal bulan semisal nominalnya besar, kemudian kecil, kemudian bisa besar kembali.
Menabung lewat amplop ini hakikatnya adalah ide kecil penulis yang ingin berhemat. Karena cinta menulis, agar media menulis tetap penulis lakukan walau sebatas melingkari tanggal dan menulis keterangan “menabung”, pilihan membuat tabel di amplop kosong itulah yang kemudian muncul.
Tabungan lewat amplop hakikatnya ingin betul-betul menghargai akan uang kecil yang kadang disepelekan. Mentang-mentang uang kecil, tapi banyak yang diabaikan. Berdasarkan alasan inilah, penulis betul-betul ingin ngopeni uang kecil, yang penulis sisihkan sendiri, catat sendiri nominal tabungannya, amankan sendiri, serta tidak ingin penulis gunakan untuk kebutuhan atau sekadar keinginan.
Terkait sarana menabung, yang umum kita kenal via celengan, atau buku tabungan. Terkait via amplop, setelah penulis browsing, ada dua situs online yang penulis baca dan pahami. Situs pertama, www.haibunda.com. Pada situs itu mengulas cara ampuh menabung dengan amplop tanpa harus capek-capek ke bank.
Lebih lanjut, sistem menabung dengan amplop versi ini, adalah sistem pembagiaan anggaran dari gaji bulanan yang diterima. Untuk kemudian, di pos-poskan sesuai dengan alokasi kebutuhan, dan tetap mensisihkan satu amplop yang ditandai untuk ditabungkan.
Maksud yang sama penulis dapatkan pada situs kedua, finance.detik.com. Yakni, pembagian anggaran pendapatan dari gaji bekerja, yang kemudian di pos-poskan dalam amplop, ditandai kegunaannya, untuk mencukupi kebutuhan yang ada. Terkait dengan menyisihkan uang jajan harian ke dalam amplop, itulah yang membedakan dari kedua ulasan artikel yang telah penulis paparkan di atas.
Terlebih, bila ulasan dua situs di atas, hanya sekadar menamai amplop pos alokasi kebutuhan dari gaji pekerjaan. Penulis lebih kepada ngopeni uang kecil untuk ditabungkan setiap hari ke amplop.
Di akhir bulan, jumlah nominal yang diperoleh kemudian akan diteruskan untuk menabung di rekening bank pribadi penulis. Jadi, tidak lepas tidak ditabungkan di bank, melainkan kebiasaan menabung harian di biasakan untuk kemudian diakhir bulan ditabungkan di bank.
Format isian, sebagaimana yang penulis sertakan dalam gambar, kiranya belum ada yang meniru. Bisa dibilang ini adalah hasil cipta karya penulis sendiri. Niat seperti ini, adalah untuk mengendalikan diri agar ketika memiliki uang, keinginan-keinginan untuk membelanjakan secara konsumtif dan membabi buta dapat diantisipasi (preventif).
Hal itu, sebagaimana penegasan Faiz Abdur Rahman Al-Fauzan dalam bukunya “Menjadi Jutawan Dunia Akhirat” (2009:105-108), bahwa harta kekayaan yang dimiliki oleh seorang muslim, harus dibelanjakan secara benar untuk memenuhi berbagai kewajiban.
Dan itulah hakikat sesungguhnya mempergunakan harta kekayaan, untuk mencari kebahagiaan akhirat dan mengambil bagian dari dunia sekadar mencukupi kebutuhan pokok, tanpa berlebih-lebihan maupun kekurangan.Faiz juga menyindir, sebagai muslim, harta kekayaan adalah sebaik-baik sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan menabur kebaikan kepada sesama. Ia tidak akan mempergunakannya semata-mata untuk menikmati kelezatan fasilitas hidup dunia, apalagi mempergunakannya untuk hidup mewah dan berfoya-foya.
Dengan demikian, menabung menjadi penting agar harta yang kita perolah termanage dengan baik, hingga memunculkan karakter positif pada diri kita, sikap tidak boros.
Posting Komentar untuk "Menabung Via Amplop"