Songkok: Dari Identitas Ibadah dan Nusantara
SIANG-spesial saya mendapatkan kiriman songkok lukis giveaway, berukuran 8, tinggi 10, jenis AC, dari akun instagram @gresikpreneur yang diumumkan pada tanggal 14 Mei 2020. Isi dari postingan tersebut hanya diminta komen di postingan IG tersebut, sambil menuliskan nama lengkap dan tempat tugas sekolah atau madrasah serta hastaq #pergunu.
Seketika tanpa pikir terlalu lama, saya akhirnya menuliskan hal tersebut. Saya tergugah dikarenakan ada identitas Pergunu. Terlebih saya dikasih amanah untuk menjadi Pengurus Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (PERGUNU) Provinsi Jawa Tengah. Tentu kesempatan ini tidak saya sia-siakan sebagai bagian meramaikan warisan nusantara yakni keberadaan songkok.
Bicara songkok, sudah dari dahulu saya diperkenalkan oleh orangtua. Kegagahan tersendiri orang yang memakai songkok sebagai identitas lokalitas budaya. Mengutip Ahmad Rahman Budiman yang merupakan Owner Songkok Lukis Nusantara menyatakan, “Songkok adalah adibusana Nusantara, memakainya sama dengan merawat warisan budaya Indonesia”.
Satu sisi saya sepakat sama beliau. Identitas kita berupa songkok itu adalah cerminan ke Indonesiaan kita. Apalagi Presiden Pertama Indonesia Ir. H. Soekarno mengatakan “Songkok adalah identitas paling Indonesia”. Jika demikian adanya, maka generasi milenial juga perlu dikenalkan identitas ke-Indonesia-annya, yakni berupa songkok.
Terlebih, beribadah tanpa menggunakan songkok itu serasa ada yang kurang. Coba kalau bersongkok, selain ganteng, identitas ibadahnya kentara sekali mencermin orang muslim yang memperhatikan kelangkapan diri untuk menghadap Allah Swt. Apalagi songkok juga sudah dipergunakan sebagai identitas upacara kenegaraan sebagaimana pengambilan sumpah jabatan.
Tentu warisan songkok sebagai identitas Indonesia akan abadi bila kita ikut merawat dengan bangga menggunakannya. Bukan hanya digunakan lebaran Idulfitri yang sebentar lagi, melainkan juga perlu digunakan saat melakukan ibadah mahdoh maupun ghoiru mahdoh dalam keseharian.
Catatan: Usman Roin
Semarang, 27 Ramadan 1441 H
Seketika tanpa pikir terlalu lama, saya akhirnya menuliskan hal tersebut. Saya tergugah dikarenakan ada identitas Pergunu. Terlebih saya dikasih amanah untuk menjadi Pengurus Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (PERGUNU) Provinsi Jawa Tengah. Tentu kesempatan ini tidak saya sia-siakan sebagai bagian meramaikan warisan nusantara yakni keberadaan songkok.
Bicara songkok, sudah dari dahulu saya diperkenalkan oleh orangtua. Kegagahan tersendiri orang yang memakai songkok sebagai identitas lokalitas budaya. Mengutip Ahmad Rahman Budiman yang merupakan Owner Songkok Lukis Nusantara menyatakan, “Songkok adalah adibusana Nusantara, memakainya sama dengan merawat warisan budaya Indonesia”.
Satu sisi saya sepakat sama beliau. Identitas kita berupa songkok itu adalah cerminan ke Indonesiaan kita. Apalagi Presiden Pertama Indonesia Ir. H. Soekarno mengatakan “Songkok adalah identitas paling Indonesia”. Jika demikian adanya, maka generasi milenial juga perlu dikenalkan identitas ke-Indonesia-annya, yakni berupa songkok.
Terlebih, beribadah tanpa menggunakan songkok itu serasa ada yang kurang. Coba kalau bersongkok, selain ganteng, identitas ibadahnya kentara sekali mencermin orang muslim yang memperhatikan kelangkapan diri untuk menghadap Allah Swt. Apalagi songkok juga sudah dipergunakan sebagai identitas upacara kenegaraan sebagaimana pengambilan sumpah jabatan.
Tentu warisan songkok sebagai identitas Indonesia akan abadi bila kita ikut merawat dengan bangga menggunakannya. Bukan hanya digunakan lebaran Idulfitri yang sebentar lagi, melainkan juga perlu digunakan saat melakukan ibadah mahdoh maupun ghoiru mahdoh dalam keseharian.
Catatan: Usman Roin
Semarang, 27 Ramadan 1441 H
Posting Komentar untuk "Songkok: Dari Identitas Ibadah dan Nusantara"