Ramadan: Produktivitas Kita?
PRODUKTIF-atau dalam KBBI online bersifat atau mampu menghasilkan (dalam jumlah besar), hal positif sudah harus dilakukan oleh setiap orang. Terlebih, ketika memasuki bulan Ramadan seperti ini. Walaupun, suasana pandemi Covid-19 menyelimuti, namun produktivitas untuk melakukan hal terbaik bagi diri kita tetap harus dilakukan. Yakni, memanfaatkan waktu dengan amaliah positif itulah yang dikehendaki.
Sebagai contoh, bila sebelum Ramadan membaca Alquran saja tidak kober, saat inilah di-menke, agar waktu puasa yang berlalu tidak terlalu lama untuk tidur belaka. Atau berlama-lama di depan layar televisi apalagi nge-game di gadget sebagaimana penulis banyak lihat kasuistiknya.
Hal lainnya, jika ibadah fardu masih sering diakhirkan pelaksanaannya, Ramadan kali ini awal waktu harus menjadi pilihan. Apalagi, bila sebelum Ramadan ibadah sunah rawatib serta sunah lainnya seperti duha, tahajud, hajat luput dilakukan, lalu Ramadan kali ini dilaksanakan, artinya sudah ada produktivitas amaliah yang kita lakukan.
Hal-hal tersebut selain mengedukasi diri sendiri agar kemudian terbiasa, meminjam bahasa Thomas Lickona dalam bukunya Educating for Character (2015:81) itu mendidik kita agar berkarakter. Apalagi karakter itu terdiri dari nilai operatif, nilai dalam tindakan. Alhasil, jika di bulan Ramadan amalan positif diperbanyak, itu sama dengan mendidik diri kita menjadi pribadi berkarakter.
Suasana pandemi Covid-19 kali ini, yang menuntut banyak di rumah, bila secara diri tidak menghasilkan produktifitas amaliah, lalu bagaimana dengan nasib anggota keluarganya? Dengan diri sendiri saja tidak bisa menjadi contoh yang baik, bagaimana menjadi contoh (suri tauladan) kepada anggota keluarganya! Jangan-jangan, yang ada sikap pembiaran tanpa jadwal jelas apa hal-hal positif yang perlu dilakukan. Celakanya, realitas itu yang banyak terjadi.
Hal lainnya, sikap physical distancing sebagai ikhtiar pemutus mata rantai Covid-19. Realitasnya, masih banyak tetangga yang berkerumun untuk ghibah (menggunjing). Tentu ini tidak produktif, karena berpotensi tidak mendidik diri untuk banyak belajar mendekat kepada Allah. Padahal, makna aslinya kita diminta memperbanyak amaliah agar selama Ramadan ini menjadi start membiasakan amal-amal dilakukan secara kontinu sampai kapanpun.
Semoga ini menjadi renungan bersama.
Catatan: Usman Roin
Semarang, 3 Ramadan 1441 H
Sebagai contoh, bila sebelum Ramadan membaca Alquran saja tidak kober, saat inilah di-menke, agar waktu puasa yang berlalu tidak terlalu lama untuk tidur belaka. Atau berlama-lama di depan layar televisi apalagi nge-game di gadget sebagaimana penulis banyak lihat kasuistiknya.
Hal lainnya, jika ibadah fardu masih sering diakhirkan pelaksanaannya, Ramadan kali ini awal waktu harus menjadi pilihan. Apalagi, bila sebelum Ramadan ibadah sunah rawatib serta sunah lainnya seperti duha, tahajud, hajat luput dilakukan, lalu Ramadan kali ini dilaksanakan, artinya sudah ada produktivitas amaliah yang kita lakukan.
Hal-hal tersebut selain mengedukasi diri sendiri agar kemudian terbiasa, meminjam bahasa Thomas Lickona dalam bukunya Educating for Character (2015:81) itu mendidik kita agar berkarakter. Apalagi karakter itu terdiri dari nilai operatif, nilai dalam tindakan. Alhasil, jika di bulan Ramadan amalan positif diperbanyak, itu sama dengan mendidik diri kita menjadi pribadi berkarakter.
Suasana pandemi Covid-19 kali ini, yang menuntut banyak di rumah, bila secara diri tidak menghasilkan produktifitas amaliah, lalu bagaimana dengan nasib anggota keluarganya? Dengan diri sendiri saja tidak bisa menjadi contoh yang baik, bagaimana menjadi contoh (suri tauladan) kepada anggota keluarganya! Jangan-jangan, yang ada sikap pembiaran tanpa jadwal jelas apa hal-hal positif yang perlu dilakukan. Celakanya, realitas itu yang banyak terjadi.
Hal lainnya, sikap physical distancing sebagai ikhtiar pemutus mata rantai Covid-19. Realitasnya, masih banyak tetangga yang berkerumun untuk ghibah (menggunjing). Tentu ini tidak produktif, karena berpotensi tidak mendidik diri untuk banyak belajar mendekat kepada Allah. Padahal, makna aslinya kita diminta memperbanyak amaliah agar selama Ramadan ini menjadi start membiasakan amal-amal dilakukan secara kontinu sampai kapanpun.
Semoga ini menjadi renungan bersama.
Catatan: Usman Roin
Semarang, 3 Ramadan 1441 H
Posting Komentar untuk "Ramadan: Produktivitas Kita?"