Sedekah Rasa Sawer
BAGI-anda yang suka musik dangdut, atau yang lazim disebut dangdut mania, tentu tidak asing dengan musik yang satu ini. Apalagi bila sudah mendengarkan dangdut ‘koplo’ waduh, rasanya seperti ingin joget-joget saja jempol tangan. Karena selain permainan kendangnya yang membikin orang ketagihan dan tergerak joget, juga para biduannya yang aduhai mantap pisan auranya.
Bicara orkes melayu dangdut, utamanya yang koplo, saya hanya akan menyampaikan yang saya ketahui saja. Ada Om Monata dari Sidoarjo, Jawa Timur; Om Sera dari Gresik, Jawa Timur; Om New Palapa dari Sidoarjo, Jawa Timur; Om Sagita dari Nganjuk, Jawa Timur; Om Sonata dari Jombang, Jawa Timur; Om Adella dari Tuban, Jawa Timur; dan Om Pantura dari Demak, Jawa Tengah.
Apalagi, bicara dangdut, tidak lengkap rasanya dengan istilah sawer, yang dalam kamus KBBI online berarti meminta uang kepada penonton atau penonton memberikan uang kepada pemain. Apalagi kalau biduannya cantik, suaranya merdu, dan aduhai, pasti akan banyak penyawer yang berdatangan. Mulai dari tua, muda, laki-laki, perempuan, bahkan anak-anak yang masih belia.
Penyawernya pun tidak tanggung-tanggung. Dari uang yang nominalnya lima ribuan hingga ratusan ribu rupiah akan diberikan dengan cuma-cuma sebagai kecintaan kepada biduan dengan segala keistimewaan yang dimiliki serta syair lagu yang dinyanyikan.
Bicara sawer, ada hal yang perlu kita lihat dengan seksama, dengan tetap rilek, dan tidak tegang ya..! Saya hanya membayangkan, bagaimana kalau ada orang bersedekah semudah orang menyawer. Uang lima ribu, sepuluh ribu, dua puluh ribu, lima puluh ribu, dan seratus ribu, yang tebal dalam genggaman tangan, mudah semudah-mudahnya diberikan, dimasukkan berkali-kali kotak amal. Tentu, pengelola musala dan masjid akan sangat senang. Sebagai akibat, perolehan kas infak, sedekah yang didapat oleh Takmir begitu banyak dan mengalami peningkatan.
Hanya saja, perilaku kita dalam hal bersedekah untuk musala, masjid atau untuk kepentingan Agama ‘minim’ sekali. Minim dalam artian, yang nominalnya kecil, lungset, hampir sobek, apalagi sampai ada yang disambung dengan isolasi dipilih untuk dimasukkan ke kotak amal. Parahnya lagi, yang dimasukkan ke kotak amal hanya selembar. Aduh.. gusti-gusti!
Coba lihat uang saweran yang di pegang penyawer, tidak usah minta akan diberikan, tidak ada yang lungset, sobek, dan koin pula. Bahkan biar cepat habis, uang saweran akan diterbangkankan layaknya salju yang datang dari atas.
Yang ingin saya tegaskan, andaikan perilaku sedekah, infak anda segampang orang menyawer, sungguh ajib..ajib! Top markotop ditambah maknyus! Akhirnya, dengan menengadahkan kedua tangan, monggo memohon, siapa tahu segera lahir single lagu berjudul “Sedekah Rasa Sawer,” ha..ha..ha!
Oleh: Usman Roin
Penulis adalah Pengelola Abjad gurunulis.com
Bicara orkes melayu dangdut, utamanya yang koplo, saya hanya akan menyampaikan yang saya ketahui saja. Ada Om Monata dari Sidoarjo, Jawa Timur; Om Sera dari Gresik, Jawa Timur; Om New Palapa dari Sidoarjo, Jawa Timur; Om Sagita dari Nganjuk, Jawa Timur; Om Sonata dari Jombang, Jawa Timur; Om Adella dari Tuban, Jawa Timur; dan Om Pantura dari Demak, Jawa Tengah.
Apalagi, bicara dangdut, tidak lengkap rasanya dengan istilah sawer, yang dalam kamus KBBI online berarti meminta uang kepada penonton atau penonton memberikan uang kepada pemain. Apalagi kalau biduannya cantik, suaranya merdu, dan aduhai, pasti akan banyak penyawer yang berdatangan. Mulai dari tua, muda, laki-laki, perempuan, bahkan anak-anak yang masih belia.
Penyawernya pun tidak tanggung-tanggung. Dari uang yang nominalnya lima ribuan hingga ratusan ribu rupiah akan diberikan dengan cuma-cuma sebagai kecintaan kepada biduan dengan segala keistimewaan yang dimiliki serta syair lagu yang dinyanyikan.
Bicara sawer, ada hal yang perlu kita lihat dengan seksama, dengan tetap rilek, dan tidak tegang ya..! Saya hanya membayangkan, bagaimana kalau ada orang bersedekah semudah orang menyawer. Uang lima ribu, sepuluh ribu, dua puluh ribu, lima puluh ribu, dan seratus ribu, yang tebal dalam genggaman tangan, mudah semudah-mudahnya diberikan, dimasukkan berkali-kali kotak amal. Tentu, pengelola musala dan masjid akan sangat senang. Sebagai akibat, perolehan kas infak, sedekah yang didapat oleh Takmir begitu banyak dan mengalami peningkatan.
Hanya saja, perilaku kita dalam hal bersedekah untuk musala, masjid atau untuk kepentingan Agama ‘minim’ sekali. Minim dalam artian, yang nominalnya kecil, lungset, hampir sobek, apalagi sampai ada yang disambung dengan isolasi dipilih untuk dimasukkan ke kotak amal. Parahnya lagi, yang dimasukkan ke kotak amal hanya selembar. Aduh.. gusti-gusti!
Coba lihat uang saweran yang di pegang penyawer, tidak usah minta akan diberikan, tidak ada yang lungset, sobek, dan koin pula. Bahkan biar cepat habis, uang saweran akan diterbangkankan layaknya salju yang datang dari atas.
Yang ingin saya tegaskan, andaikan perilaku sedekah, infak anda segampang orang menyawer, sungguh ajib..ajib! Top markotop ditambah maknyus! Akhirnya, dengan menengadahkan kedua tangan, monggo memohon, siapa tahu segera lahir single lagu berjudul “Sedekah Rasa Sawer,” ha..ha..ha!
Oleh: Usman Roin
Penulis adalah Pengelola Abjad gurunulis.com
Posting Komentar untuk "Sedekah Rasa Sawer"