Obrolan dengan bib Ata Senior RISMA-JT
JUMAT-(17/1/20) malam saya ditanya oleh senior di organisasi Remaja Masjid Agung Jawa Tengah atau yang familier di singkat dengan RISMA-JT. Bib Ata itulah nama panggilan terbaru penulis. Panggilan itu bagi penulis tidak salah karena nama beliau memang Ata M Habib. Jadi kalau penulis ‘penggal’ nama belakang dan saya tambah dengan nama pertama, tidak ada unsur eksploitasi terkait pencemaran nama baiknya. Ha..ha..ha.
Pokok masalah yang ditanyakan belia adalah benarkah penulis menjabat sebagai Ketua RISMA-JT tahun 2006-2007. Dengan lugas dan sambil mengingat-ingat penulis kemudian meng-ia-kan. Karena disaat menjabat sebagai Ketua, masa jabatan penulis hanya setahun. Yang akhirnya setelah beberapa periode setelah penulis, kepengurusan setahun itu pendek sekali. Yang akhirnya diperharui masanya menjadi dua tahun setiap yang menjabat sebagai Ketua RISMA-JT.
Ingatan akan periodesasi masa jabatan para Ketua RISMA-JT, bagi penulis dan bib Ata akan pasti bila ada catatan yang dilakukan. Sayangnya inisiatif untuk membukukan sejarah RISMA-JT kandas di tengah jalan. Untung ‘ketidakpastian’ kebenaran jabatan masih dapat dikonfirmasi pada sumbernya. Sebab masih ada dan kemungkinan memiliki catatan tersendiri di masa dia menjabat. Hanya saja, dengan usia yang makin dewasa, RISMA-JT seharusnya mampu merapikan dokumen tersebut secara baik. Terlebih, sebagai kaum muda yang energik, dan semboyan baru ‘trengginas’, sudah seharusnya file-file administrasi bisa tersimpan dengan baik. Baik secara soft file atau print out yang sudah terjilid menjadi dokumen.
Terlebih, kala penulis mengamati medsos RISMA-JT, lebih khusus status WA sang Ketua sekarang, keberadaan RISMA-JT sudah dijadikan sebagai objek penelitian ilmiah. Tentu ini sekali lagi dibutuhkan kerapian dokumen tertulis, walau dokumen secara ‘maya’ sudah beredar luas. Namun sekali lagi dokumen tertulis itu butuh disimpan dengan rapi sebagai pembelajaran untuk generasi berikutnya.
Penulis menekankan ini agar jangan sampai ada ‘kekaburan, keraguan’ akan ukiran sejarah yang telah menorehkan regenerasi kepemimpinan RISMA-JT yang sukses. Maka ending dari chat WA penulis dengan senior bib Ata, terdokumen tentang masa periodesasi para Ketua RISMA-JT. Mulai dari bib Tri dan kemudian digantikan bib Ata (2005-2006), penulis sendiri (2006-2007), bib Hery (2007-2009), bib Zuhri (2009-2011), bib Ahsan (2011-2013), bib Ahadi (2013-2015), bib Anies (2015-2017) ditambah lagi periode sekarang (2018-2020).
Selanjutnya, tulisan penulis di bawah ini adalah original dan dokumen tertanggal 18 Desember 2008, pukul 11.23 Wib, dengan ukuran 31.o kb, saat penulis menjadi bagian dari kepengurusan bib Hery yang kala itu menjabat sebagai Ketua RISMA-JT dengan judul Bina Remaja Di Masjid Agung Jawa Tengah
Tulisan ini ada dari kenyataan organisasi remaja masjid yakni, keniscayaan akan berkurangnya semangat dalam mengelola perkumpulan ini dengan sebaik-baiknya. Sebab, penulis melihat banyak hal yang menyebabkan perkumpulan remaja masjid hanya tinggal nama; ada pengurus namun tidak ada yang dilakukan; ataupun sebaliknya ada banyak hal yang harus dilakukan namun orangnya tidak ada.
Masjid sebagai pusat kegiatan umat Islam hanya akan makmur apabila semua komponen yang ada didalamnya amanah dalam tugasnya. Maka, remaja masjid sebagai bagian yang tak terpisahkan dari masjid, juga memegang andil yang cukup besar dalam proses pemakmuran masjid dengan berbagai macam kegiatan ubudiyah, muammalah dan dakwah yang didalamnya terkandung proses pendidikan ajaran Islam.
Remaja Masjid dimanapun adalah peralihan generasi yang akan membangun kemakmuran baru di tingkat masjid yang dinaunginya. Sebab, banyak hal yang melatarbelakangi harus lahirnya organisasi remaja masjid diantaranya; sebagai media untuk memakmurkan masjid dengan berbagai even kegiatan yang terorganisir dan terprogram. Disamping itu, wadah pelatihan kepemimpinan dalam rangka mempersiapkan leadership yang akan datang secara mantap dan professional.
Tujuan tersebut tentu memberikan kontribusi yang tidak sedikit bagi para pemuda bila organisasi remaja masjid dimaksimalkan pengelolaannya. Namun, hal itu sungguh belum sepenuhnya dilaksanakan sebagai akibat beragamnya latarbelakang dan aktifitas anggotanya. Sehingga, hal inilah yang memancing ketidak kreatifitasan kegiatan remaja masjid, bahkan tenggelam dalam uvoria gemerlapnya dunia dan yang labih parah tinggal sebuah nama atas kejayaan yang pernah dilakukannya.
Alhasil, beruntunglah penulis yang juga aktif di remaja masjid ingin berbagi tentang bagaimana membina remaja masjid dari kaca mata Remaja Islam Masjid Agung Jawa Tengah (RISMA-JT).
RISMA-JT, bagi penulis adalah icon baru pencetak pemuda masjid yang selama penulis bergabung banyak hal yang penulis ambil yakni, pengembangan skill SDM anggota untuk menjadi generasi muda yang bertaqwa kepada Allah SWT dengan berbagai kegiatan yang terorganisir dan terprogram.
Meskipun RISMA-JT baru lahir tahun 2005, namun arah kegiatannya jelas ingin meningkatkan kualitas pengetahuan dalam hal ke Islaman, teknologi dan pengabdian social kemasyarakatan. Apalagi naungannya adalah Masjid Agung Jawa Tengah, tentu ini menjadi ciri tersendiri kemegahan secara pribadi dan kemampuan beroganisasi yang terprogram serta terencana.
Namun bukan kemegahan itu yang meninabobokkan, tetapi bagaimana sesungguhnya wajah pembinaan remaja di Masjid Agung Jawa Tengah?
Pertama, pendirian remaja masjid harus bertujuan. Hal ini penting untuk menghindari penyelewengan tujuan organisasi oleh orang-orang yang berambisi, karena kepentingan pribadi atau kelompok yang tidak sejalan dengan Islam.
Rumusan tujuan remaja masjid boleh berlainan antar satu dengan yang lainnya, namun haruslah sejalan dengan tujuan Islam itu sendiri yakni, “terbinanya umat Islam yang beriman, berilmu dan beramal shalih dalam rangka mengabdi kepada Allah untuk mencapai keridhaan-Nya”.
Kedua, pola rekruitmen yang baik. Rekruitmen merupakan penjaringan terhadap sumber daya anggota remaja masjid. Sebab, SDM yang kurang kapabel dalam rekruitmen akan mengakibatkan keanggotaan remaja masjid yang hanya menumpukan daftar nama yang sia-sia secara kualitas serta lahirnya kontribusi yang tidak signifikan terhadap organisasi.
Maka, tes SDM dalam rekruitmen di MAJT sudah diberikan dalam rangka mencari bibit-bibit yang mempunyai komitmen tinggi, baik tentang siapa dan di usia berapa pemuda akan direkrut menjadi remaja masjid. Hal ini dilakukan, agar jangan sampai reikrutmen yang dijalankan salah sasaran dan tak mempunyai arti sama sekali dengan tugas yang akan diembannya kemudian.
Ketiga, adalah pemilihan program kerja yang menarik baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Hal ini penting karena ini merupakan media penyaluran baik dari aspek kepribadian, knowledge maupun ketrampilan anggota yang bergabung.
Berkaca dari hal tersebut, output anggota akan menjadi sama baik secara kualitas maupun kuantitasnya, manakala kita lupa dari organisasi yang kita naungilah lahir sosok pemuda yang kreatif, inovatif dan religi dalam berperilaku. Sebab, hanya dengan tulusnya hati dan lurusnya niat untuk belajar memanajemen perkumpulanlah syarat utama bila ingin berhasil membawa kejayaan remaja masjid.
Oleh: Usman Roin
Penulis adalah Pengelola Abjad gurunulis.com dan Ketua Remaja Islam Masjid Agung Jawa Tengah (RISMA-JT) periode 2006-2007.
Pokok masalah yang ditanyakan belia adalah benarkah penulis menjabat sebagai Ketua RISMA-JT tahun 2006-2007. Dengan lugas dan sambil mengingat-ingat penulis kemudian meng-ia-kan. Karena disaat menjabat sebagai Ketua, masa jabatan penulis hanya setahun. Yang akhirnya setelah beberapa periode setelah penulis, kepengurusan setahun itu pendek sekali. Yang akhirnya diperharui masanya menjadi dua tahun setiap yang menjabat sebagai Ketua RISMA-JT.
Ingatan akan periodesasi masa jabatan para Ketua RISMA-JT, bagi penulis dan bib Ata akan pasti bila ada catatan yang dilakukan. Sayangnya inisiatif untuk membukukan sejarah RISMA-JT kandas di tengah jalan. Untung ‘ketidakpastian’ kebenaran jabatan masih dapat dikonfirmasi pada sumbernya. Sebab masih ada dan kemungkinan memiliki catatan tersendiri di masa dia menjabat. Hanya saja, dengan usia yang makin dewasa, RISMA-JT seharusnya mampu merapikan dokumen tersebut secara baik. Terlebih, sebagai kaum muda yang energik, dan semboyan baru ‘trengginas’, sudah seharusnya file-file administrasi bisa tersimpan dengan baik. Baik secara soft file atau print out yang sudah terjilid menjadi dokumen.
Terlebih, kala penulis mengamati medsos RISMA-JT, lebih khusus status WA sang Ketua sekarang, keberadaan RISMA-JT sudah dijadikan sebagai objek penelitian ilmiah. Tentu ini sekali lagi dibutuhkan kerapian dokumen tertulis, walau dokumen secara ‘maya’ sudah beredar luas. Namun sekali lagi dokumen tertulis itu butuh disimpan dengan rapi sebagai pembelajaran untuk generasi berikutnya.
Penulis menekankan ini agar jangan sampai ada ‘kekaburan, keraguan’ akan ukiran sejarah yang telah menorehkan regenerasi kepemimpinan RISMA-JT yang sukses. Maka ending dari chat WA penulis dengan senior bib Ata, terdokumen tentang masa periodesasi para Ketua RISMA-JT. Mulai dari bib Tri dan kemudian digantikan bib Ata (2005-2006), penulis sendiri (2006-2007), bib Hery (2007-2009), bib Zuhri (2009-2011), bib Ahsan (2011-2013), bib Ahadi (2013-2015), bib Anies (2015-2017) ditambah lagi periode sekarang (2018-2020).
Selanjutnya, tulisan penulis di bawah ini adalah original dan dokumen tertanggal 18 Desember 2008, pukul 11.23 Wib, dengan ukuran 31.o kb, saat penulis menjadi bagian dari kepengurusan bib Hery yang kala itu menjabat sebagai Ketua RISMA-JT dengan judul Bina Remaja Di Masjid Agung Jawa Tengah
Tulisan ini ada dari kenyataan organisasi remaja masjid yakni, keniscayaan akan berkurangnya semangat dalam mengelola perkumpulan ini dengan sebaik-baiknya. Sebab, penulis melihat banyak hal yang menyebabkan perkumpulan remaja masjid hanya tinggal nama; ada pengurus namun tidak ada yang dilakukan; ataupun sebaliknya ada banyak hal yang harus dilakukan namun orangnya tidak ada.
Masjid sebagai pusat kegiatan umat Islam hanya akan makmur apabila semua komponen yang ada didalamnya amanah dalam tugasnya. Maka, remaja masjid sebagai bagian yang tak terpisahkan dari masjid, juga memegang andil yang cukup besar dalam proses pemakmuran masjid dengan berbagai macam kegiatan ubudiyah, muammalah dan dakwah yang didalamnya terkandung proses pendidikan ajaran Islam.
Remaja Masjid dimanapun adalah peralihan generasi yang akan membangun kemakmuran baru di tingkat masjid yang dinaunginya. Sebab, banyak hal yang melatarbelakangi harus lahirnya organisasi remaja masjid diantaranya; sebagai media untuk memakmurkan masjid dengan berbagai even kegiatan yang terorganisir dan terprogram. Disamping itu, wadah pelatihan kepemimpinan dalam rangka mempersiapkan leadership yang akan datang secara mantap dan professional.
Tujuan tersebut tentu memberikan kontribusi yang tidak sedikit bagi para pemuda bila organisasi remaja masjid dimaksimalkan pengelolaannya. Namun, hal itu sungguh belum sepenuhnya dilaksanakan sebagai akibat beragamnya latarbelakang dan aktifitas anggotanya. Sehingga, hal inilah yang memancing ketidak kreatifitasan kegiatan remaja masjid, bahkan tenggelam dalam uvoria gemerlapnya dunia dan yang labih parah tinggal sebuah nama atas kejayaan yang pernah dilakukannya.
Alhasil, beruntunglah penulis yang juga aktif di remaja masjid ingin berbagi tentang bagaimana membina remaja masjid dari kaca mata Remaja Islam Masjid Agung Jawa Tengah (RISMA-JT).
RISMA-JT, bagi penulis adalah icon baru pencetak pemuda masjid yang selama penulis bergabung banyak hal yang penulis ambil yakni, pengembangan skill SDM anggota untuk menjadi generasi muda yang bertaqwa kepada Allah SWT dengan berbagai kegiatan yang terorganisir dan terprogram.
Meskipun RISMA-JT baru lahir tahun 2005, namun arah kegiatannya jelas ingin meningkatkan kualitas pengetahuan dalam hal ke Islaman, teknologi dan pengabdian social kemasyarakatan. Apalagi naungannya adalah Masjid Agung Jawa Tengah, tentu ini menjadi ciri tersendiri kemegahan secara pribadi dan kemampuan beroganisasi yang terprogram serta terencana.
Namun bukan kemegahan itu yang meninabobokkan, tetapi bagaimana sesungguhnya wajah pembinaan remaja di Masjid Agung Jawa Tengah?
Pertama, pendirian remaja masjid harus bertujuan. Hal ini penting untuk menghindari penyelewengan tujuan organisasi oleh orang-orang yang berambisi, karena kepentingan pribadi atau kelompok yang tidak sejalan dengan Islam.
Rumusan tujuan remaja masjid boleh berlainan antar satu dengan yang lainnya, namun haruslah sejalan dengan tujuan Islam itu sendiri yakni, “terbinanya umat Islam yang beriman, berilmu dan beramal shalih dalam rangka mengabdi kepada Allah untuk mencapai keridhaan-Nya”.
Kedua, pola rekruitmen yang baik. Rekruitmen merupakan penjaringan terhadap sumber daya anggota remaja masjid. Sebab, SDM yang kurang kapabel dalam rekruitmen akan mengakibatkan keanggotaan remaja masjid yang hanya menumpukan daftar nama yang sia-sia secara kualitas serta lahirnya kontribusi yang tidak signifikan terhadap organisasi.
Maka, tes SDM dalam rekruitmen di MAJT sudah diberikan dalam rangka mencari bibit-bibit yang mempunyai komitmen tinggi, baik tentang siapa dan di usia berapa pemuda akan direkrut menjadi remaja masjid. Hal ini dilakukan, agar jangan sampai reikrutmen yang dijalankan salah sasaran dan tak mempunyai arti sama sekali dengan tugas yang akan diembannya kemudian.
Ketiga, adalah pemilihan program kerja yang menarik baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Hal ini penting karena ini merupakan media penyaluran baik dari aspek kepribadian, knowledge maupun ketrampilan anggota yang bergabung.
Berkaca dari hal tersebut, output anggota akan menjadi sama baik secara kualitas maupun kuantitasnya, manakala kita lupa dari organisasi yang kita naungilah lahir sosok pemuda yang kreatif, inovatif dan religi dalam berperilaku. Sebab, hanya dengan tulusnya hati dan lurusnya niat untuk belajar memanajemen perkumpulanlah syarat utama bila ingin berhasil membawa kejayaan remaja masjid.
Oleh: Usman Roin
Penulis adalah Pengelola Abjad gurunulis.com dan Ketua Remaja Islam Masjid Agung Jawa Tengah (RISMA-JT) periode 2006-2007.
Posting Komentar untuk "Obrolan dengan bib Ata Senior RISMA-JT"