Semangat Baja Jurnalistik
EKSTRAKURIKULER-Jurnalistik menjadi ‘kurang favorit’ saat pemilihan ekstra yang ada di tempat penulis mengajar. Hal itu tampak dari daftar hadir yang hanya ada tiga peminat sampai pertemuan kedua, Selasa (3/8/19). Pendaftaran yang tahun pelajaran ini sistem on line, juga hanya empat siswa. Bahkan saat opening dan tatap muka dua kali pembelajaran, ada juga yang mengundurkan diri.
Sebagai pembimbing, penulis tidak bisa memaksa kepada siswa untuk masuk dan bertahan di ekskul Jurnalistik. Karena di ekskul ini yang dibutuhkan adalah mental baja, semangat belajar yang tinggi, dana hasilnya tidak bisa langsung dirasakan.
Saat pengantar pembelajaran ekskul Jurnalistik, penulis juga memberi informasi terkini, bahwa dunia tulis menulis itu akan bernilai jangka panjang. Tidak hanya membekali siswa tentang teori menulis, melainkan yang utama membekali diri mereka terbiasa menulis.
Oleh karena itu, secara kasat mata, penulis membuat perbedaan antara yang ikut ekskul Jurnalistik dan tidak. Karena yang ikut harus memiliki buku diary (catatan harian), kemudian buku tulis untuk mencatat materi dan tugas. Yang kesemuanya bersama dengan alat tulis dijadikan satu wadah dalam map plastik. Sehingga saat ekstra, tidak ada istilah buku ketinggalan. Apalagi tidak membawa alat tulis, dan lainnya. Karena, sudah disiapkan sebelum pembelajaran dalam satu wadah map yang tidak dimiliki ekskul lainnya.
Terkait materi ekskul Jurnalistik untuk kalangan SMP, penulis juga sudah persiapkan dengan baik. Materi tersebut tidak hasil adopsi, copy paste, atau unduh karya orang lain begitu saja. Melainkan seratus persen penulis bikin sendiri.
Silahkan baca juga: Aku dan Usiaku
Untuk tingkatan SMP, hal pertama yang penulis ajarkan adalah bagaimana latihan menulis bebas. Kemudian bagaimana mengetahui teknik reportase, fotografi plus praktek secara langsung, ini materi tahap kedua. Adapun yang ketiga, bagaimana menjadi tim penerbit, yang punya fungsi menerbitkan karya tulis, baik berupa pemberitaan, karya bersama, atau buku. Itulah pokok pembelajaran yang menjadi konsen penulis di ekskul Jurnalistik.
Walau pokok bahasannya hanya tiga hal, namun sub bahasannya banyak. Intinya, anak-anak tidak hanya menguasai dengan baik teknik menulis, tetapi juga menjiwai, membiasakan agar menulis menjadi budaya yang dilakukan sejak dini. Sebab, kedepan dunia menulis itu menjadi senjata ampuh. Tidak hanya untuk menuliskan catatan romantis, inpiratif, dan lainnya. Melainkan, bagaimana membingkai apapun menjadi produk karya yang bisa jual, di share agar punya kemanfaatan di medsos, seiring dengan perkembangkan revolusi indistri 4.0.
Yang jelas, walau hanya segelintir siswa ikut ekskul Jurnalistik, penulis meyakini siapa yang mau belajar menulis, ia adalah bagian perekam segala ihwal kehidupan yang hari ini tidak banyak diminati kebanyakan orang. Maju terus ekskul Jurnalistik.
Oleh: Usman Roin
Penulis adalah Guru Ekskul Jurnalistik SMP Islam Terpadu PAPB Semarang, Editor Buku “Yang Melangit dari Kata: Kumpulan Kata Mutiara SMP IT PAPB Semarang,” Editor Buku “42 Renungan Inspiratif Kehidupan,” Editor serta Penulis Buku “Menjadi Guru: Sehimpun Catatan Guru Menulis,” Penulis Buku “Langkah Itu Kehidupan: 5 Langkah Hidup Bahagia,” Pengurus Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) Jawa Tengah, Koord. Devisi Komunikasi & Hubungan Media Majelis Alumni IPNU Kabupaten Bojonegoro Jawa Timur.
Sebagai pembimbing, penulis tidak bisa memaksa kepada siswa untuk masuk dan bertahan di ekskul Jurnalistik. Karena di ekskul ini yang dibutuhkan adalah mental baja, semangat belajar yang tinggi, dana hasilnya tidak bisa langsung dirasakan.
Saat pengantar pembelajaran ekskul Jurnalistik, penulis juga memberi informasi terkini, bahwa dunia tulis menulis itu akan bernilai jangka panjang. Tidak hanya membekali siswa tentang teori menulis, melainkan yang utama membekali diri mereka terbiasa menulis.
Oleh karena itu, secara kasat mata, penulis membuat perbedaan antara yang ikut ekskul Jurnalistik dan tidak. Karena yang ikut harus memiliki buku diary (catatan harian), kemudian buku tulis untuk mencatat materi dan tugas. Yang kesemuanya bersama dengan alat tulis dijadikan satu wadah dalam map plastik. Sehingga saat ekstra, tidak ada istilah buku ketinggalan. Apalagi tidak membawa alat tulis, dan lainnya. Karena, sudah disiapkan sebelum pembelajaran dalam satu wadah map yang tidak dimiliki ekskul lainnya.
Terkait materi ekskul Jurnalistik untuk kalangan SMP, penulis juga sudah persiapkan dengan baik. Materi tersebut tidak hasil adopsi, copy paste, atau unduh karya orang lain begitu saja. Melainkan seratus persen penulis bikin sendiri.
Silahkan baca juga: Aku dan Usiaku
Untuk tingkatan SMP, hal pertama yang penulis ajarkan adalah bagaimana latihan menulis bebas. Kemudian bagaimana mengetahui teknik reportase, fotografi plus praktek secara langsung, ini materi tahap kedua. Adapun yang ketiga, bagaimana menjadi tim penerbit, yang punya fungsi menerbitkan karya tulis, baik berupa pemberitaan, karya bersama, atau buku. Itulah pokok pembelajaran yang menjadi konsen penulis di ekskul Jurnalistik.
Walau pokok bahasannya hanya tiga hal, namun sub bahasannya banyak. Intinya, anak-anak tidak hanya menguasai dengan baik teknik menulis, tetapi juga menjiwai, membiasakan agar menulis menjadi budaya yang dilakukan sejak dini. Sebab, kedepan dunia menulis itu menjadi senjata ampuh. Tidak hanya untuk menuliskan catatan romantis, inpiratif, dan lainnya. Melainkan, bagaimana membingkai apapun menjadi produk karya yang bisa jual, di share agar punya kemanfaatan di medsos, seiring dengan perkembangkan revolusi indistri 4.0.
Yang jelas, walau hanya segelintir siswa ikut ekskul Jurnalistik, penulis meyakini siapa yang mau belajar menulis, ia adalah bagian perekam segala ihwal kehidupan yang hari ini tidak banyak diminati kebanyakan orang. Maju terus ekskul Jurnalistik.
Oleh: Usman Roin
Penulis adalah Guru Ekskul Jurnalistik SMP Islam Terpadu PAPB Semarang, Editor Buku “Yang Melangit dari Kata: Kumpulan Kata Mutiara SMP IT PAPB Semarang,” Editor Buku “42 Renungan Inspiratif Kehidupan,” Editor serta Penulis Buku “Menjadi Guru: Sehimpun Catatan Guru Menulis,” Penulis Buku “Langkah Itu Kehidupan: 5 Langkah Hidup Bahagia,” Pengurus Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) Jawa Tengah, Koord. Devisi Komunikasi & Hubungan Media Majelis Alumni IPNU Kabupaten Bojonegoro Jawa Timur.
Thanks for share, sukses terus,.
BalasHapusKunjungi juga http://bit.ly/2W57RNC