Lamunan Matematis Menulis
ADA-lamunan menarik saat penulis memasuki jam istirahat kantor. Lamunan itu menggambarkan, bagaimana jika kedepan karya tulis penulis meningkat?
Walau baru lamunan, namun bagi penulis itu merupakan cita-cita yang perlu diwujudkan. Menambah karya tulis itu artinya kita menambah kuantitasnya. Kuantitas dari yang setahun hanya dua karya tulis, meningkat jumlahnya menjadi tiga, empat, sepuluh dan seterusnya. Itu artinya ada hubungan mesra antara menulis dan kerangka berpikir matematis.
Menulis dan matematis kalau boleh penulis gambarkan, bila dalam sebulan kita punya target tiga hari sekali menulis, lalu kemudian diposting di medsos atau website pribadi, itu artinya dalam sebulan kita sudah mempunyai sepuluh karya tulis. Bila kemudian dikalikan dalam setahun, 120 karya tulis sudah kita hasilkan.
Baca juga: 'Tidak' Menulis No
Bicara hitungan matematis memang menggiurkan sekali. Terlebih, bila kemudian dihubungkan dengan dunia menulis. Agar hal tersebut berwujud nyata, target menulis perlu kita buat dan rencanakan kapan mulainya. Sehingga, kebiasaan menulis yang kita lakukan melahirkan produktivitas dari sisi jumlah karya tulis.
Selain itu, hubungan matematis dengan menulis akan menumbuhkan kedisiplinan. Yakni, menjadikan waktu yang kita jalani tidak sia-sia atau percuma. Melainkan digunakan untuk menelurkan karya tulis sebagai bagian dari predikat penulis yang telah kita sandang.
Matematis dengan menulis juga memberi sinyal, bahwa menulis itu butuh target. Karena menulis yang tidak ditarget berarti tidak menjadikan menulis sebagai kebiasaan. Jika menulis belum menjadi kebiasaan, maka kita tidak siap mencoba genre tulisan yang lain untuk dipelajari.
Baca juga: Seni Menulis
Padahal, sudah sering penulis sampaikan saat memberikan pelatihan kepenulisan. Dikatakan sebagai guru istimewa, bila tidak hanya cakap menulis artikel, melainkan coba dilebarkan kompetensinya seperti, menulis cerpen, resensi buku, majalah, jurnal, puisi, hingga buku dan lainnya.
Hanya saja, fakta perilaku menulis hari ini baru sebatas menggugurkan kewajiban. Sehingga bisa dibayangkan, mana mungkin akan memiliki puluhan karya bila cukup seperti itu menulisnya!
Oleh: Usman Roin
Penulis adalah Guru Ekskul Jurnalistik SMP Islam Terpadu PAPB Semarang, Editor Buku “Yang Melangit dari Kata: Kumpulan Kata Mutiara SMP IT PAPB Semarang,” Editor Buku “42 Renungan Inspiratif Kehidupan,” Editor serta Penulis Buku “Menjadi Guru: Sehimpun Catatan Guru Menulis,” Penulis Buku “Langkah Itu Kehidupan: 5 Langkah Hidup Bahagia,” Pengurus Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) Jawa Tengah, Koord. Devisi Komunikasi & Hubungan Media Majelis Alumni IPNU Kabupaten Bojonegoro Jawa Timur
Walau baru lamunan, namun bagi penulis itu merupakan cita-cita yang perlu diwujudkan. Menambah karya tulis itu artinya kita menambah kuantitasnya. Kuantitas dari yang setahun hanya dua karya tulis, meningkat jumlahnya menjadi tiga, empat, sepuluh dan seterusnya. Itu artinya ada hubungan mesra antara menulis dan kerangka berpikir matematis.
Menulis dan matematis kalau boleh penulis gambarkan, bila dalam sebulan kita punya target tiga hari sekali menulis, lalu kemudian diposting di medsos atau website pribadi, itu artinya dalam sebulan kita sudah mempunyai sepuluh karya tulis. Bila kemudian dikalikan dalam setahun, 120 karya tulis sudah kita hasilkan.
Baca juga: 'Tidak' Menulis No
Bicara hitungan matematis memang menggiurkan sekali. Terlebih, bila kemudian dihubungkan dengan dunia menulis. Agar hal tersebut berwujud nyata, target menulis perlu kita buat dan rencanakan kapan mulainya. Sehingga, kebiasaan menulis yang kita lakukan melahirkan produktivitas dari sisi jumlah karya tulis.
Selain itu, hubungan matematis dengan menulis akan menumbuhkan kedisiplinan. Yakni, menjadikan waktu yang kita jalani tidak sia-sia atau percuma. Melainkan digunakan untuk menelurkan karya tulis sebagai bagian dari predikat penulis yang telah kita sandang.
Matematis dengan menulis juga memberi sinyal, bahwa menulis itu butuh target. Karena menulis yang tidak ditarget berarti tidak menjadikan menulis sebagai kebiasaan. Jika menulis belum menjadi kebiasaan, maka kita tidak siap mencoba genre tulisan yang lain untuk dipelajari.
Baca juga: Seni Menulis
Padahal, sudah sering penulis sampaikan saat memberikan pelatihan kepenulisan. Dikatakan sebagai guru istimewa, bila tidak hanya cakap menulis artikel, melainkan coba dilebarkan kompetensinya seperti, menulis cerpen, resensi buku, majalah, jurnal, puisi, hingga buku dan lainnya.
Hanya saja, fakta perilaku menulis hari ini baru sebatas menggugurkan kewajiban. Sehingga bisa dibayangkan, mana mungkin akan memiliki puluhan karya bila cukup seperti itu menulisnya!
Oleh: Usman Roin
Penulis adalah Guru Ekskul Jurnalistik SMP Islam Terpadu PAPB Semarang, Editor Buku “Yang Melangit dari Kata: Kumpulan Kata Mutiara SMP IT PAPB Semarang,” Editor Buku “42 Renungan Inspiratif Kehidupan,” Editor serta Penulis Buku “Menjadi Guru: Sehimpun Catatan Guru Menulis,” Penulis Buku “Langkah Itu Kehidupan: 5 Langkah Hidup Bahagia,” Pengurus Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) Jawa Tengah, Koord. Devisi Komunikasi & Hubungan Media Majelis Alumni IPNU Kabupaten Bojonegoro Jawa Timur
Posting Komentar untuk "Lamunan Matematis Menulis"