Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Komponen-komponen Literasi Digital

 

Usman Roin (ilus.krisna)

usmanroin.com-KBBI daring, mengartikan “komponen” sebagai bagian dari keseluruhan atau usur. Bila kemudian dihubungkan dengan literasi digital, artinya terdapat bagian-bagian (part) dari keseluruhan yang membentuk suatu kesatuan makna literasi digital. 

Menurut Steve Wheeler (2012:16) dalam eLC Research Paper Series 5, berjudul Digital Literacies for Engagement in Emerging Online Cultures, atau “Literasi digital untuk keterlibatan dalam budaya online yang berkembang” terdapat 9 komponen yang termuat dalam literasi digital, yaitu: 

Pertama, social networking yang bermakna jejaring sosial. 

Artinya, melalui jejaring sosial –instagram, facebook, tik tok, x dst., selain bisa membangun jaringan lebih cerdas, –yaitu efektif belajar dalam konteks formal-informal, kita juga dapat membantu menemukan konten yang dibutuhkan untuk ditelusuri lebih dalam melalui koneksi sosial yang kita miliki.

Kedua, transliteracy atau dimaknai sebagai proses mengonversi teks-teks dari alfabet-alfabet khusus tersebut menjadi huruf-huruf Latin. 

Sebagai misal, untuk mengucapkan ‘Selamat Pagi’ dalam bahasa Mandarin, transliterasi kata-kata tersebut dalam huruf Latin cukup mengucap, Zǎoshang hǎo

Dalam makna yang luas, transliterasi, bisa pula dimaknai sebagai kemampuan melek huruf di berbagai platform berbeda. 

Bisa juga bermakna, kecakapan –diri, untuk dapat membuat, mengatur dan berbagi konten, serta berkomunikasi melalui berbagai media sosial, grup diskusi, perangkat seluler, dan layanan lain yang umum tersedia. 

Jika demikian, keterampilan memanfaatkan berbagai platform untuk menggubah konten guna memudahkan proses komunikasi di media sosial adalah makna transliterasi. 

Ketiga, maintaining privacy atau menjaga pribadi. Cyber crime, menjadi salah satu jenis kejahatan di dunia internet yang mesti dipahami, khususnya agar data-data pribadi tetap terlindungi. 

Karenanya, menjaga data diri foto, identitas –diri, paspor, SIM, telepon dan seterusnya, agar tidak mudah diunggah pada platform media sosial kita adalah hal yang mutlak diperlukan. Hal itu, agar tidak kemudian memancing orang lain untuk melakukan kejahatan berbasis siber.

Keempat, managing identity atau pengelolaan identitas diri. Artinya, kita sebagai pengguna internet –melalui platform media sosial yang dimiliki, mampu menggunakan dan mengatur publikasi indentitas diri secara tepat.

Kelima, creating content atau membuat konten. Yakni, kemampuan menggunakan platform dalam membuat-menghasilan konten di internet. 

Keenam, organising and sharing content atau mengatur dan memproses berbagi konten. Yaitu, berkaitan dalam hal mengatur dan membagikan konten informasi agar lebih mudah disebarkan ke publik. 

Ketujuh, reusing atau penggunaan kembali. Yakni, bagaimana pengguna platform dapat membuat dan mengolah kembali konten yang ada –didapatkan, agar dapat dipergunakan kembali sesuai kebutuhan.

Kedelapan, filtering and selecting content atau menyaring dan melakukan pemilahan konten. Yakni, kemampuan –diri, dalam mencari dan menyaring informasi di dunia internet. 

Kesembilan, self broadcasting atau siaran mandiri. Yakni, bagaimana seseorang dapat membagikan ide atau gagasannya melalui berbagai platform dengan tepat dan aman.

Akhirnya terdapat pertanyaan menarik Steve Wheeler (24) yang berbunyi, the benefits of engaging with social media can far outweigh the limitations and dangers, if the appropriate literacies are practiced

Kurang lebih yang dimaksud adalah, upaya pemanfaatan penggunaan media sosial jauh lebih besar dibandingkan keterbatasan dan bahayanya, jika literasi yang tepat dipraktikkan.


* Usman Roin, Penulis adalah Dosen Prodi PAI Fakultas Tarbiyah Unugiri.

: UR
: UR Pria desa yang coba senang membaca, menulis, dan blogging sebagai kontemplasi diri.

Posting Komentar untuk "Komponen-komponen Literasi Digital"